I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa tugas
belajar yang mengikuti pendidikan di
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang diharapkan dapat memiliki
kompetensi yang memadai. Untuk itu pada setiap tingkatnya peserta didik harus
mengikuti Praktik Kerja Lapang jenjang penyuluh. Guna menjawab tantangan
tersebut, diperlukan pola pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
memperoleh pola pemahaman teoritis dan juga praktik. Untuk itu proses
pembelajaran di STPP Magelang dilakukan pola pembelajaran “ in and out
campus learning system ”. Melalui pola pembelajaran ini, peserta didik
dapat menempuh proses pendidikan didalam kampus (in campuss) dan pada
situasi nyata diluar kampus (out campuss).
Dalam Praktik Kerja Lapang II untuk jenjang penyuluh pertanian pelaksana
ini, mahasiswa diarahkan untuk melaksanakan penyuluhan tingkat kecamatan dan melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan
pertanian, melaksanakan tugas rutin penyuluh pertanian tingkat pelaksana dan melaksanakan
seminar laporan hasil PKL sebagai
penyuluh pertanian tingkat pelaksana.
Kecamatan Siantan merupakan wilayah
terpilih untuk pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang II , karena wilayah ini dianggap cukup potensial
untuk pengembangan Pertanian dan Peternakan yang berbasis agribisnis. Luas
wilayah Kecamatan Siantan 26.535 ha,
terdiri dari lahan usaha tani padi 2.749 ha, usaha tani hortikultura 14 ha,
lahan usaha tani sayuran 29 ha, usahatani palawija 169 ha, lahan perkebunan 4.594 ha.
Permasalahan yang
ditemukan diwilayah Kecamatan siantan pada pelaksanaan PKL II diantaranya adalah petani yang pengetahuan
maupun keterampilan dalam berbagai aspek
pertanian masih terbatas, Selain permasalahan pengembangan pola pertanian organik khususnya
sayuran juga mulai dikembangkan oleh
petani melalui bimbingan instansi terkait. Hal ini juga merupakan salah satu
faktor yang melatar belakangi mahasiswa untuk menindak lanjutinya melalui
Praktek Kerja Lapang ini.
B. Tujuan
Ditinjau dari materi dan tugas yang
akan dilaksanakan dan permasalahan yang ada, maka tujuan diadakannya kegiatan
Praktik Kerja Lapang Penyuluh Pertanian Pelaksana ini adalah:
1. Untuk melaksanakan tugas rutin Penyuluh
Pertanian tingkat pelaksana dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek), dan pemberdayaan kelompok tani.
2. Untuk bisa
melaksanakan apa yang akan dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan materi
yang diembannya, dan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan nyata
dilapangan.
3. Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian selama Praktik Kerja Lapang II Penyuluh
Pertanian tingkat Pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian di kecamatan (lokasi) Praktik sampai pelaksanaan penyuluhan dan melaksanakan
tugas-tugas rutin sebagai penyuluh pertanian pelaksana, dapat
menguji dan meningkatkan kemampuannya dalam menyuluh dan berkomunikasi sebagai
seorang fasilitator dan dinamisator serta dapat berlatih bermasyarakat dengan
kondisi sosiokultur yang berbeda.
2. Mengenalkan kepada dunia luar akan keberadaan dan
fungsi STPP Magelang sebagai penghasil tenaga penyuluh pertanian yang
profesional, dan menciptakan hubungan yang harmonis antara pihak STPP Magelang dengan instansi mahasiswa.
3. Diharapkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang mengarah kepada
perubahan perilaku masyarakat, khususnya masyarakat tani dalam upaya
memperbaiki kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah
pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong
dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Tujuan
penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis adalah
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha
dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka ( Deptan, 2002 ).
Yang dimaksud dengan
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi
pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang
No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan).
Sedangkan menurut
Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi
yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi
tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan
keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan
pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk
meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup
bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk
mencapai pertanian yang tangguh.Penyuluhan
pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar
mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun
politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat
tercapai. Tujuan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha
agribisnis adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan
keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produksi
dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka (
Deptan, 2002 ).
Yang dimaksud dengan
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang
No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan).
Sedangkan menurut
Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi
yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi
tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan
keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan
pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk
meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup
bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk
mencapai pertanian yang tangguh.
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian
Setiana (2005), menyatakan
bahwa fungsi penyuluhan pertanian adalah menjembatani kesenjangan antara
Praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi
yang selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para
penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang
dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli dan
kondisi nyata yang dialami petani.
Van Den Ban dan Hawkins
(1999), mengatakan tujuan penyuluhan pertanian
mengajarkan kepada petani untuk dapat menghasilkan (tanaman atau ternak)
melalui cara yang paling menguntungkan. Disamping itu penyuluhan pertanian
bertujuan agar petani dapat mengatur dirinya sendiri dalam koperasi dan
organisasi lainnya. Sedangkan menurut
Mardikanto
dan Sutarni (2006), tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku sasaran. Perubahan
perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan
mendalam, perubahan kecakapan atau keterampilan tehnis dan perubahan sikap yang
lebih progresif.
3.
Metode Penyuluhan Pertanian
Menurut Padmowihardjo
(1998), metode penyuluhan pertanian adalah suatu cara
penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh
pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya agar bisa dan membiasakan
diri menggunakan teknologi baru.
Menurut Permentan (2009), metode penyuluhan merupakan cara atau teknik penyampaian materi
penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar
mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai
upaya untuk meingkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta adalah cara atau teknik
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dalam Pedoman
Umum Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian berdasarkan indra penerima dari
sasaran diantaranya ada yang melalui kombinasi indra antara indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman dan perabaan contohnya: a) Demontrasi farm yang merupakan demonstrasi usaha tani secara kelompok yang dilakukan oleh kelompok tani –
nelayan dengan areal 1 -5 hektar untuk
komoditi yang memerlukannya, b) demontrasi area merupakan demonstrasi usaha tani yang dilakukan secara
bersama antar kelompok tani – nelayan. Luas usaha tani yang didemonstrasikan
seluas usahatani yang dimiliki oleh gabungan kelompok dalam satu hamparan/ unit
usaha, c) Temu tugas adalah pertemuan berkala antara pengemban
fungsi penyuluhan, penelitian,
pengaturan dan pelayanan dalam rangka pemberdayaan petani – nelayan beserta keluarganya,
d) Widyawisata
adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompok tani untuk belajar
dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya atau
melihat suatu akibat tidak ditetapkannya teknologi disuatu tempat. Yang
bertujuan untuk meyakinkan peserta dengan memberikan kesempatan untuk melihat
sendiri hasil penerapan suatu teknologi. Adapun manfaat dari widyawisata adalah membina keakraban di anatara peserta
dan antara petani-nelayan atau kelompok yang dikunjungi.
4.
Media
Penyuluhan Pertanian
Mardikanto (1993), menyatakan bahwa media atau alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang
penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu
dilaksanakan.
Fungsi dan peranan media
dalam penyuluhan pertanian adalah untuk membangkitkan perhatian dan untuk
menggugah hati, agar para petani dan anggota keluarganya sebagai sasaran
penyuluhan pertanian akan menjadi sadar terhadap inovasi dan selanjutnya timbul
minatnya untuk menghadapi inovasi tersebut (Padmowihardjo, 1999).
Berikut ini adalah media penyuluhan yang digunakan dalam pelaksanaan
PKL II : a) Seri Foto; Seri Photo adalah materi
penyuluhan pertanian berupa rangkaian photo-photo yang disusun secara berurutan
sehingga menjadi suatu cerita/proses kegiatan di bidang pertanian Permentan (2009), b) Poster; Poster merupakan barang
cetakan yang berisikan gambar dengan ukuran yang relative besar untuk ditempel
ditembok, dipohon, atau direntangkan dipinggir jalan. Poster lebih banyak
berisikan gambar yang dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan atau sikap sasaran (Mardikanto
2009).
5.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Suryadi (1978), Evaluasi merupakan suatu proses untuk
melakukan pengamatan atau pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar
atau kriteria pengamatan tertentu. Evaluasi bertujuan untuk menarik beberapa
kesimpulan dan menetapkan keputusan tertentu.
Slamet (1973), mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu
kegiatan yang banyak memerlukan waktu, tenaga dan biaya dan sering terasa sangat sulit dan melelahkan. Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian sangat
diperlukan karena adanya evaluasi yang baik akan sangat bermanfaat, tidak saja
bagi kegiatannya sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi pelaksana kegiatan
penyuluhan atau penyuluhannya dan bagi aparat atau petugas pelaksana evaluasi
penyuluhan pertanian.
Mardikanto dan Sutarni
(1988), Untuk efisiensi dan efektivitas tercapainya
tujuan tujuan penyuluhan, sebaiknya evaluasi dilakukan 3 kali yaitu: a) Pada saat menjelang ditetapkannya perencanaan penyuluhan, b) Pada tahap awal atau pertengahan menjelang berakhirnya kegiatan
penyuluhan, c) Pada akhir atau setelah kegiatan
penyuluhan selesai dilaksanakan.
6.
Kelompok Tani
Kelompok
tani adalah kumpulan orang-orang tani
atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna
(pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas
dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan
pimpinan merupakan suatu unsur yang
didalamnya terdapat beberapa individu petani yang mempunyai kemampuan untuk
berbuat dalam kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan profesi (Mardikanto, 1993).
Marzuki (1999),
menyatakan bahwa pembinaan kelompok tani adalah upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan peranannya sehingga terjadi peningkatan kemampuan
kelompok tani, dan selanjutnya menyatakan pula bahwa Gabungan
Kelompok Tani (GAPOKTAN) adalah gabungan dari beberapa kelompoktani yang
melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga
mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan
petani lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompoktani-nelayan
(WKAK) yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai
kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk
menggalang kepentingan bersama.
B. KOMPOS
1. Pengertian Kompos
Kompos merupakan pupuk
organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan
tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos
yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna
yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air
rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa
masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah
pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. Proses pengomposan adalah proses menurunkan
C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Selama proses
pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu: 1)
karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan
H2O, 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat
diserap tanaman.
Kompos merupakan salah satu
komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik
tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan
yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama.
2.
Manfaat Kompos
Manfaat kompos organik
diantaranya adalah a) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi
ringan, b) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai,
c) menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah, d) memperbaiki drainase dan tata udara dalam
tanah, e) mengandung unsur hara yang
lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan
pembuat pupuk organik), f) membantu proses pelapukan bahan mineral, g) memberi
ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, serta, h) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang
merugikan (Yovita, 2001).
Beberapa alasan mengapa
bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman antara lain adalah: a) bila tanah mengandung
cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, b) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali
memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, c) struktur bahan organik segar
sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung
dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, d) kotoran sapi tidak
selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan
bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Prihandini, 2007).
3.
Pembuatan Kompos
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
yaitu; a) kotoran sapi yang bercampur dengan urine, b) Sekam atau limbah gergajian
kayu, c) Kapur bubuk, d) Skop, e) Karung plastic, f) Timbangan.
Cara Pembuatan diawali
dengan mengumpulkan kotoran sapi dengan
cara pemanenan dari kandang, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi
kompos. Kotoran yang dipanen dari
kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama kurang lebih 2 bulan di musim
hujan atau 1 bulan dimusim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan
ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung (Prihandini, 2007).
4.
Cara Pemakaian Kompos
Kompos dapat digunakan
untuk tanaman padi, palawija dan hortikultura. Cara pemberiannya ditebarkan
merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai jenis tanaman, untuk pemupukan
individu seperti tanaman dalam pot (jeruk, mangga, bunga, dsb), kompos
disebarkan dibawah kanopi terluar dari daun, untuk hamparan tanaman padi dan
tanaman palawija diberikan 10 ton/ha setiap 6 bulan, untuk tanaman bawang merah
20.000 kg/ha, untuk tanaman semangka 2 kg/bedengan. Marsono (2001), menyatakan
bahwa pemakaian pupuk kompos organik berdasarkan umur tanaman adalah 500 g/tanaman pada umur 1 - 3
bulan, 1000 g/tanaman pada umur tanaman 4-9 bulan. Berdasarkan hasil pengkajian
BPTP Jawa Barat menunjukkan bahwa tanaman tomat varietas sakura yang dipupuk
kompos kotoran sapi mampu berproduksi 3,15 kg/tanaman, sedangkan untuk tanaman
bawang daun dan seledri dengan pemakaian kompos organik kotoran sapi dapat
meningkat produksinya masing-masing 57,1% dan 47,6%.
Kompos mempunyai
prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk
mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos
organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk
memanfaatkannya sebagai penyubur tanah dan tanaman pertaniannya.
C. Sistem Pola Tanam Jajar Legowo
Legowo
menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang
berarti panjang. Menurut beberapa informasi yang diperoleh cara tanam ini pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Legowo
Kepala Dinas Pertanian kabupaten Banjar Negara. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah
meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam
tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman
sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih
banyak. Seperti
kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi
lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena
tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar
legowo:
Jajar
legowo 2:1 Setiap dua baris diselingi
satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak
tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam
dalam barisan.
Jajar
legowo 3:1 Setiap tiga baris tanaman
padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan.
Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam
yang ditengah.
Jajar
legowo 4:1 Setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua
kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya, jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah. Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi
yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi
serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sitem jajar legowo
diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu
dan pemupukan mudah dilakukan. Adapun manfaat sistem tanam jajar legowo adalah menambah jumlah tanaman padi, otomatis juga akan meningkatkan produksi tanaman padi, memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir, mengurangi serangan penyakit, mengurangi tingkat serangan hama, mempermudah dalam perawatan baik itu pemupukan maupun penyemprotan
pestisida, menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian
dalam baris tanaman.
D. Mikro Organisme Lokal (MOL)
Bahan organik tanah merupakan bahan
esensial yang tidak dapat digantikan bahan lain dalam tanah. Selain perannya
dalam mempertahankan atau memperbaiki sifat fisik tanah (tekstur dan struktur
tanah), bahan organik mendukung
kehidupan mikroorganisme dan makroorganisme tanah dan sebagai sumber nutrisi
bagi makhluk hidup di dalam tanah termasuk tanaman. Mol (Mikro Organisme lokal)
adalah cairan dari bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan
berkembangnya mikroorganisme yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang
berada di tempat tersebut. Mol berguna untuk mempercepat penghancuran
bahan-bahan organik dan sebagai tambahan
nutrisi bagi tumbuhan. Berdasarkan penelitian, bahan ini mengandung zat atau
hormon yang dapat merangsang pertumbuhan dan mampu mendorong perkembangan
tanaman.
Berbagai jenis mol dikembangkan dari
bahan-bahan alami yang selama ini terbuang begitu saja. Degan memanfaatkannya
sebagai bahan pembuatan mol, maka kita tidak hanya mengurangi jumlah limbah
disekitar kita tetapi juga mengubah
limbah menjadi bahan berdaya guna. Berikut ini adalah mol yang dibuat dengan
bahan baku bonggol pisang.
Mol Bonggol Pisang
Peralatan yang digunakan:
1.
Baskom
plastik
2.
Botol aqua
(1,5 lt)
3.
Selang
plastik
4.
Pisau
Bahan
yang digunakan:
1.
Air leri
beras 5 liter
2.
Air kedelai 5
liter
3.
Bonggol
pisang 3 kg
4.
Gula jawa 2
0ns atau tetes tebu 1 liter
Cara pembuatan:
1.
Bonggol
pisang dicacah halus kemudian diremas lalu masukkan kedalam baskom
2.
Masukkan air
leri beras dan air kedelai kedalam ember
3.
Masukkan gula
merah yang sudah diiris atau tetes tebu kedalam ember
4.
Campur semua
bahan dan aduk hingga rata
5.
Baskom
ditutup rapat dengan plastik dengan diberi lobang udara yang dipasangi selang
yang dihubungkan ke botol aqua yang sudah diisi air
6.
Setelah 10-15
hari cairan sudah bisa digunakan
Aplikasi:
Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari
dengan 400cc cairan atau sama dengan 2 gelas aqua, dicampur 14-15 liter air
tawar pada umur tanaman 10 hst, 20 hst, 30 hst dan 40 hst. Cocok digunakan pada
tanaman pangan dan palawija, sebagai zat perangsang pertumbuhan pada fase vegetatif. (Widyaningsih, tanpa tahun).
III. PELAKSANAAN
KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapang II dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2012 sampai dengan 31 Agustus 2012 dengan lokasi kegiatan di Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi dan tempat terpilih, dinilai cukup potensial untuk pengembangan
komoditas pertanian dan peternakan yang
berbasis Agribisnis.
B. Materi
Kegiatan
1.
Menyusun
instrument identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan
2.
Menyusun
materi penyuluhan dalam bentuk seri foto dan poster
3.
Melaksanakan
uji coba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode penyuluhan pertanian
4.
Merencanakan
demonstrasi usaha tani melalui demfarm
5.
Memandu
pelaksanaan demonstrasi usaha tani melalui demarea
6.
Melaksanakan
temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya
7.
Merencanakan
forum penyuluhan pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata/widyakarya
8.
Melaksanakan
forum penyuluhan pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata/widyakarya
9.
Menumbuhkan
gabungan kelompok tani
10.
Mengembangkan
kelompok tani dari lanjut ke madya
11.
Melakukan
evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan
IV.
HASIL
PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Wilayah
Kecamatan Siantan
1.
Letak Geografis
Kecamatan Siantan adalah salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Pontianak yang
berbatasan langsung dengan Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan
Kabupaten Landak. Wilayah Kecamatan Siantan memiliki batas-batas fisik dan
administrasi yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Segedong, sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei. Ambawang, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kota Pontianak, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.
2.
Potensi Sumber Daya Alam.
Luas wilayah
Kecamatan Siantan adalah 26.535 ha yang
terdiri dari lahan usaha tani padi 2.749 ha, usaha tani hortikultura 14
ha, lahan usaha tani sayuran 29 ha, usahatani palawija 169 ha, lahan perkebunan 4.594 ha. Dilihat dari kondisi luas wilayah yang ada
maka wilayah Kecamatan Siantan cukup potensial dimanfaatkan untuk budidaya
tanaman padi, palawija, tanaman
perkebunan, sayuran dan tanaman hortikultura (rambutan, nenas, pepaya, jeruk,
pisang, durian dll) dan . sayuran.
Dengan potensi sumber daya alam yang
dimiliki Kecamatan Siantan, dapat dikembangkan suatu komoditas pertanian yang
sesuai secara biofisik dan menguntungkan secara ekonomi sangat penting dalam perencanaan, pengkajian
teknologi, untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan
kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan sehingga
pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa’at, 2000).
3.
Potensi Sumber Daya Manusia.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2010, penduduk Kecamatan Siantan pada tahun 2010 berjumlah 40.360 jiwa,
dengan kepadatan penduduk sekitar 252 jiwa per kilometer persegi atau 8.072
jiwa per desa. jika dilihat rata-rata per desa. Desa Wajok Hulu merupakan desa
terbanyak penduduknya yang mencapai 14.424 jiwa, dan yang terkecil jumlah
penduduknya adalah Desa Peniti Luar yang memiliki penduduk 2.562 jiwa. Kecamatan Siantan merupakan kecamatan yang
terpadat di Kabupaten Pontianak, Kecamatan Siantan membawahi 5 desa, 24 dusun,
54 RW, dan 199 RT.
Profil Kecamatan
Siantan Tahun 2010 disajikan pada tabel berikut:
a.
Geografi dan Iklim
Tabel 1.1 Luas
Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ha)
No
|
Desa
|
Tanah Sawah
|
Tanah
Kering
|
Bangunan/
Pekarangan
|
Hutan
Negara
|
Lainnya
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
|
Sungai Nipah
|
0,507
|
0,642
|
0,044
|
-
|
0,007
|
1,200
|
2.
|
Jungkat
|
0,68
|
0,989
|
0,249
|
0,150
|
0,032
|
2,100
|
3.
|
Wajok Hilir
|
0,319
|
1,876
|
0,252
|
2,855
|
0,028
|
5,330
|
4.
|
Wajok Hulu
|
0,102
|
1,265
|
0,246
|
3,342
|
0,045
|
5,000
|
5.
|
Peniti Luar
|
0,750
|
1,568
|
0,067
|
-
|
0,015
|
2,400
|
|
|
2,358
|
6,034
|
0,858
|
6,347
|
0,127
|
16,03
|
Sumber : Statistik Kab.Pontianak
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa
kawasan di wilayah Kecamatan Siantan didominasi oleh kawasan hutan Negara, dan selanjutnya diikuti oleh lahan kering dan tanah sawah
kemudian lahan bangunan dan pekarangan yang terakhir adalah kawasan lainnya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa masih ada banayak kawasan milik negara yang potensial untuk pengembangan sektor pertanian, untuk itu diperlukan suatu langkah nyata dan strategis untuk pengembangan
kawasan terutama pada sektor pertanian yang bekerjasama dengan instansi pemerintah.
Tabel 1.2. Jumlah
Curah Hujan Dan Hari Hujan Di Kecamatan Siantan Tahun 2010
No
|
Bulan
|
Curah Hujan (mm)
|
Hari Hujan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
|
229,6
53,7
142,4
366,6
63,5
254,9
35,1
163,5
85,7
290,7
518,6
326,9
|
18
18
18
16
23
23
23
22
22
19
26
27
|
|
2010
2009
2008
2007
|
2.531,2
3.322,0
2.909,9
2.023,0
|
255
236
228
177
|
Sumber: Stasiun
Klimatologi Siantan
Dari
tabel 1.3, diatas telihat bahwa curah hujan dan jumlah hari hujan tertinggi dalam periode 5 tahun terjadi pada
tahun 2009 yaitu 3.322 mm pertahun
dengan jumlah hari hujan 236 hari, selanjutnya jumlah hujan tinggi terjadi pada
tahun 2008 yaitu mencapai 2.909 mm/ tahun dengan jumlah hari 228 hari
hujan/tahun, kemudian pada tahun 2007 hanya mencapai 2.023 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 177 hari
/tahun dan pada tahun 2010 curah hujan mencapai 2.531,2 mm/tahun dengan jumlah
hari hujan 255 hari.
b.
Pemerintahan
Tabel 2.1 Banyaknya
Dusun, RW dan RT di Kecamatan Siantan Tahun 2010
No
|
Desa
|
Dusun
|
RT
|
RW
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Sungai Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
|
2
10
7
2
3
|
2
22
13
12
5
|
22
69
38
53
17
|
|
2010
2009
2008
2007
|
24
24
24
24
|
54
54
54
51
|
199
197
194
184
|
Sumber kantor Camat
Dilihat dari tabel 2 tersebut jumlah dusun, RT dan RW terbanyak yang ada di
Kecamatan Siantan terdapat di Desa Jungkat yaitu dengan jumlah Dusun 10, RT 22
dan RW 69, selanjutnya kelembagaan desa tertinggi selanjutnya terdapat di Desa Wajok Hilir dengan jumlah dusun 7, RT 13
namun RW hanya 38 selanjutnya terdapat RW 53 berada di Desa Wajok Hulu dengan
jumlah dusun 2 dan RT, jumlah kelembagaan selanjutnya berada di Desa Peniti
Luar dengan jumlah dusun 3, RT 5 dan RW 17 serta yang jumlah kelembagaan desa
yang sedikit berada di Desa Sungai Nipah yaitu hanya berjumlah 2 dusun, 2 RT dan 22 RW.
c.
Penduduk
Tabel 3.1 Penduduk
Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Siantan Tahun 2010
No
|
Desa
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Sungai Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
|
2.007
6.372
4.674
6.017
1.282
|
1.992
6.384
4.604
5.703
1.325
|
3.999
12.756
9.278
11.720
2.607
|
|
2010
|
20.352
|
20.008
|
40.360
|
Sumber BPS Kab. Pontianak
Secara administratif Kecamatan Siantan jumlah penduduk sampai dengan Desember 2010
berjumlah 40.360 jiwa. yang teridiri 20.
352 jiwa penduduk laki-laki (50,74 %) dan 20.008 jiwa perempuan (49,26 %). Dari
data tersebut menunjukkan bahwa dalam
setiap ha wilayah ditempati rata-rata 76 - 77 jiwa. dan dapat pula diketahui
bahwa tidak terlalu jauh ratio perbedaan
antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.
Tabel 3.2. Kepadatan
Penduduk Kecamatan Siantan Tahun 2010
No
|
Desa
|
Jumlah
Penduduk
|
Luas Desa (Km)²
|
Kepadatan Per KM²
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
|
3.999
12.756
9.278
11.720
2.607
|
12,00
21,00
23,30
50,00
24,00
|
333
607
174
234
109
|
|
2010
|
40.360
|
160,30
|
252
|
Sumber: BPS Kab. Pontianak
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa yang
memiliki kepadatan penduduk dalam suatu
desa yang paling padat
penduduknya yaitu Desa Jungkat yang
terdapat 607 jiwa perkilometer persegi,
kemudian kepadatan berikutnya berada di Desa Sungai Nipah yaitu dengan
kepadatan 333 jiwa/km², kemudian kepadatan penduduk berikutnya berada di Desa
Wajok Hulu dengan jumlah 234 jiwa/km² dan kepadatan yang paling kecil terdapat
di 2 desa yaitu Desa Wajok Hilir dan Peniti Luar dengan kepadatan setiap desa
174 dan 109 jiwa/km².
d.
Pertanian dan Peternakan
Tabel 4.1 Tanah Sawah Yang Diusahakan Menurut
Jenisnya Di Kecamatan Siantan Tahun 2008-2010 (Ha)
No
|
Jenis Lahan
|
Tahun
|
||
2008
|
2009
|
2010
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Pengairan Teknis
Pengaian setengah
teknis
Pengairan sederhana
Pengairan non PU
Tadah hujan
Pasang surut
Lebak
|
-
-
-
-
737
1.751
-
|
-
-
425
-
698
1.621
-
|
-
-
625
-
700
1.648
-
|
|
Jumlah
|
2.488
|
2.744
|
2.973
|
Sumber: BPS Kab. Pontianak
Dari tabel
diatas terlihat bahwa tanah sawah yang digunakan menurut jenisnya di Kecamatan
Siantan pada tahun 2008 yang dominan
diusahakan adalah sawah tadah hujan
seluas 737 ha dan tanah pasang surut seluas 1.751 ha, pada tahun 2009 tanah
yang digunakan atau yang diusahakan yaitu pengairan sederhana seluas 425 ha,
tadah hujan 698 ha, pasang surut 1.751 ha dan pada tahun 2010 yaitu lahan
pengairan sederhana seluas 625 ha, pasang surut 1.648 ha dan tadah hujan 700
ha.
Tabel 4.2. Luas
Tanam dan Luas Panen Padi di Kecamatan Siantan Tahun 2008-2010 (Ha)
Tahun
|
Padi Sawah
|
Padi Ladang
|
||
Luas Tanam
|
Luas Panen
|
Luas Tanam
|
Luas Panen
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2008
2009
2010
|
3.288
3.487
3.227
|
3.070
4.025
2.161
|
-
-
-
|
-
-
-
|
Sumber: BPS Kab. Pontianak
Pada tabel
menunjukkan bahwa luas tanam dan panen padi pada tahun 2008 di Kecamatan
Siantan hanya diusahakan pada lahan padi sawah seluas 3.288 ha dan luas panen
3,070 ha, kemudian pada tahun 2009 luas tanam bertambah menjadi 3,487 ha dengan
luas panen 4,025 ha dan pada tahun 2010 luas tanam hanya 3,227 ha dengan luas panen 2,161 ha.
Kesimpulan yang dapat diambil dari laus tanam dan luas pannen selama 3 tahun
produksi tertinggi didapat yaitu pada tahun 2009.
Tabel 4.3. Jumlah
Ternak menurut jenisnya di kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ekor)
No
|
Desa
|
Sapi
|
Kambing
|
Babi
|
Kerbau
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
2
3
4
5
|
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
|
9
225
312
427
-
|
298
627
573
296
168
|
6
42
-
-
-
|
-
-
-
-
-
|
|
2010
2009
2008
|
973
726
869
|
1.956
1.916
2.123
|
48
52
40
|
-
-
-
|
Sumber:Dinas Pertanian dan Perternakan Kab.
Pontianak
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa diwilayah Kecamatan Siantan terdapat
beberapa jenis ternak yang dikembangkan. Untuk ternak ruminansia, pola pengembangan adalah dengan pengandangan, dan
hanya sesekali dilepas sekedar untuk penyegaran. Jenis ternak ruminansia yang
dikembangkan adalah: untuk sapi potong adalah jenis Sapi Madura, sedangkan
kambing adalah jenis Kacangan. Pengembangan Sapi
Potong dan Kambing diwilayah ini tidak mengalami kendala yang berarti. Pakan
hijauan tetap tersedia dalam jumlah yang cukup
walaupun pada musim kemarau. Untuk pengembangbiakan Sapi Potong,
sebagian besar sudah dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB). Namun berdasarkan observasi dan
identifikasi selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang II, masih ada faktor lain yang menyebabkan timbulnya
permasalahan seperti diatas, yaitu kurangnya pemberian pakan penguat
(konsentrat), dan kurang maksimalnya perlakuan peternak itu sendiri terhadap
ternak yang dipelihara.
Tabel 4.4. Jumlah
Unggas Menurut Jenisnya Di Kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ekor)
No
|
Desa
|
Ayam Kampung
|
Ras
|
Itik
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
|
3.117
5.162
5.674
488
978
|
-
3.625
5.570
625
-
|
437
339
93
169
182
|
|
2010
2009
|
15.419
12.302
|
9.820
9.820
|
1.220
783
|
Sumber: Sumber dinas Pertanian dan Peternakan Kab.
Pontianak
Dari tabel 4.4
dapat dilihat bahwa diwilayah Kecamatan Siantan terdapat beberapa jenis
ternak unggas yang dikembangkan di anataranya yaitu jenis Ayam Kampung, Ras
dan Itik. Untuk ternak unggas , pola pemeliharaan adalah dengan Sistem pengandangan jumlah ternak unggas yang mendominasi di Kecamatan Siantan adalah ternak
unggas Ayam kampung yang pada tahun 2010 berjumlah 15.419 ekor, ayam ras hanya
9.820 dan sedangkan ternak itik paling sedikit yaitu hanya 1.220 ekor.
B. Aspek
Kegiatan
1.
Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah
tingkat kecamatan
Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat
kecamatan dapat dilaksanakan yaitu pada tanggal 24 Juni 2012, yang
bertempat di kantor BPP Kecamatan Siantan
bersama pembimbing eksternal. Data-data yang digunakan
dalam penyusunan instrumen bersumber dari data-data sekunder, yang diperoleh
dari data Monografi Kecamatan Siantan
tahun 2011 dan data Programa
Penyuluhan Pertanian Kecamatan tahun 2012. Instrumen yang disusun, terdiri dari,
curah hujan (mm) dari hari hujan (jumlah hari) rata-rata 5 tahun terakhir, kalender musim, luas wilayah dan kepadatan penduduk, luas wilayah dan jenis tanah, luas wilayah
sektor pertanian, jumlah penduduk,
penerapan teknologi, trend komoditas, dan pemasaran produk usaha tani. Dilakukannya identifikasi potensi wilayah adalah agar tersedianya
data dan informasi yang memberikan gambaran akurat mengenai potensi wilayah. Bagi penyuluh identifikasi
potensi wilayah membantu dalam proses perencanaan kegiatan-kegiatannya, serta
bagi pihak-pihak lain identifikasi potensi wilayah bermanfaat dalam meraih
peluang-peluang lain yang terkandung pada suatu wilayah tersebut. Sesuai
dengan pengertian instrumen dalam kamus ilmiah bahwa instrumen berarti alat, Sedangkan
Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi
potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara
partisipatif, sehingga dapat
diartikan bahwa instrumen identifikasi potensi wilayah adalah semua alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis potensi suatu wilayah (Victor, 2008). Untuk lebih jelasnya, format
instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan
yang disusun dan dapat dipergunakan di Kecamatan Siantan dapat dilihat
pada Lampiran 4.
2.
Menyusun
materi penyuluhan dalam bentuk seri foto dan poster
a.
Seri
Foto dapat
dibuat adapun alat yang
digunakan yaitu, komputer untuk menyimpan seri foto, printer untuk
mencetak dan gunting untuk memotong foto
dan bahan yang
digunakan yaitu kertas foto,
kertas manila, tinta print dan perekat. Tahap kegiatan yang dilaksanakan: 1) menentukan materi, 2) menyiapkan foto yang berkenaan
dengan materi yang ditetapkan, 3) mencetak
foto dengan cara di print out menggunakan kertas foto, 4) menyusun seri foto secara berurutan sesuai langkah
kerja kegiatan pada kertas manila. Adapun materi yang disampaikan yaitu tentang “Pembuatan Mikro Organisme Lokal
(Mol) Bonggol Pisang”, sebagai sumber nutrisi bagi makhluk hidup di dalam tanah
termasuk tanaman, foto seri pembuatan
mol bersumber dari foto hasil praktik
mata kuliah, dalam bentuk susunannya
dimulai dari foto alat dan bahan yang digunakan, kemudian proses pembuatan dan sampai pada
hasil utama dan hasil ikutan yang didapatkan. Manfaat dari seri foto yang
disusun adalah untuk membantu proses penyampaian pesan, sehingga dapat
mendorong daya adopsi dan menimbulkan motivasi untuk mengikuti. Materi ini
dipilih sebagai salah satu penunjang program Pemerintah Kabupaten Pontianak,
yaitu pengembangan pola pertanian organik. Bentuk seri foto yang dibuat telah
sesuai dengan Permentan (2009), yang
menyatakan bahwa Seri Foto merupakan materi penyuluhan pertanian yang berupa
rangkaian Foto – foto yang disusun
secara berurutan sehingga menjadi satu suatu cerita atau proses kegiatan
dibidang pertanian, Untuk lebih jelasnya, bentuk dan contoh seri foto yang
telah disusun dapat dilihat pada Lampiran 2.
b.
Poster bahan yang digunakan yaitu kertas HVS dan alat yang digunakan yaitu, komputer untuk menggambar dan printer untuk mencetak. Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan: 1) menetapkan judul poster, 2) membuat konsep poster menggunakan komputer, 3)
membuat poster
dengan teknologi komputer, di print out menggunakan
kertas HVS size A4 sebanyak 6 lembar kemudian disambung menjadi satuan kesatuan
utuh, yang berbentuk poster dengan
ukuran 60 X 60 cm. Tulisan yang dimuat
dalam poster tersebut adalah “ INGIN BEBAS RESIDU KIMIA? AYO KONSUMSI
SAYURAN ORGANIK, SAYANGI DIRI KITA DENGAN MAKANAN SEHAT DAN ALAMI”. Manfaat
yang dapat diambil dari pemasangan poster antara lain adalah mampu menimbulkan
daya tarik dan motivasi untuk mengikuti anjuran pesan yang disampaikan, untuk
menyokong, mengingat dan menyadari sehingga akan berbuat dan mengikuti ide
dalam poster tersebut. Poster yang dibuat
sudah sesuai dengan Mardikanto (2009), yang menyatakan
bahwa Poster merupakan barang cetakan yang berisikan
gambar dengan ukuran yang relative besar untuk ditempel ditembok, dipohon, atau
direntangkan dipinggir jalan. Untuk lebih
jelasnya, bentuk poster yang dibuat dapat dilihat pada sajian Lampiran 2.
3.
Melaksanakan ujicoba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode penyuluhan pertanian
Ujicoba dapat dilaksanakan yaitu Uji coba tentang aplikasi pupuk
kompos pada tanaman tomat, dalam uji
coba tersebut dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu; 1) perlakuan pertama dengan menggunakan pupuk
pupuk kompos, 2) perlakuan kedua dengan
menggunakan anorganik (Urea, dan
KCl), dan 3 Tidak menggunakan pupuk baik anorganik maupun kompos. Masing-masing
perlakuan menggunakan 10 polybag. Campuran tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1, kemudian masukkan dalam polibag, sedangkan dosis pupuk
anorganik dengan takaran 1-2 gram/tanaman diberikan pada umur tanaman 2 minggu
HST. Pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman tomat yang meliputi; tinggi tanaman, diameter batang
, jumlah tajuk daun dan kanopi. Komponen hasil meliputi bobot buah rata-rata
dan jumlah buah per polybag. Adapun hasil dari uji coba tersebut sebagai
berikut:
a.
Tinggi Tanaman (cm)
Tabel 5. 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
|
Perlakuan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
4
8
12
21
40
57
65,5
90
98
|
4
6
11
19
35
48
58
67
79
|
4
5
8,5
13
23
28
35
42
50
|
Total
|
1366
|
1895
|
1955
|
Rata-rata
|
136,60
|
189,50
|
195.50
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata
pertumbuhan tanaman yang paling baik atau tertinggi (49,75 cm) apabila
dibandingkan dengan perlakuan kedua (40,8 cm) dan perlakuan ketiga
hanya (25,95 cm).
b.
Jumlah Daun (Tajuk)
Dari tabel 5.2
dibawah terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata
pertumbuhan jumlah daun yang paling baik atau paling banyak (13,9 tajuk) apabila
dibandingkan dengan perlakuan kedua
yang hanya (11,5 tajuk) dan perlakuan
ketiga (10 tajuk). Pada saat umur tanaman 8 minggu tumbuh cabang baru
atau tangkai buah 2 – 4 tajuk pertanaman.
Tabel 5.
2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Tajuk Daun
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
|
Perlakuan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
2
6
6
7
10
10
14
23
26
|
2
4
6
7
8
8
11
19
21
|
2
4
4
5
5
6
7
7
9
|
Total
|
1366
|
1895
|
1955
|
Rata-rata
|
136,60
|
189,50
|
195.50
|
c.
Diameter Batang (cm)
Tabel 5.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Diameter Batang Tanaman
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
|
Perlakuan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
0,1
0,3
0,5
1,3
1,4
1,5
1,6
1,8
2
|
0,1
0,3
0,4
0,8
0,9
1
1,2
1,4
1,8
|
0,1
0,3
0,3
0,4
0,5
0,6
0,8
1
1
|
Total
|
1366
|
1895
|
1955
|
Rata-rata
|
136,60
|
189,50
|
195.50
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata
perkembangan diameter batang tanaman yang paling
baik atau paling besar (1,27) apabila dibandingkan dengan perlakuan kedua (0,99 cm) dan perlakuan ketiga (0,6 cm).
d.
Kanopi Daun Tanaman (cm)
Tabel 5.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kanopi Daun Tanaman (cm)
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
|
Perlakuan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
2,5
4
7
9
18
28
29
32
35
|
2,3
3
6
8
17
27
28,7
30
31
|
2
3
5,5
7
13
15
23
25
26
|
Total
|
1366
|
1895
|
1955
|
Rata-rata
|
136,60
|
189,50
|
195.50
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata
pertumbuhan kanopi daun yang diukur
dari batang tanaman sampai pada ujung daun yang paling baik (20,35 cm) apabila
dibandingkan dengan perlakuan kedua
hanya (18,6 cm) dan perlakuan ketiga (14,65 cm).
Pada umur tanaman 1,5 bulan perlakuan
I tumbuh cabang primer sebanyak 7 cabang setiap cabang memiliki buah 6-8, pada
perlakuan II hanya tumbuh 3 cabang primer dengan jumlah buah 2-5 buah sedangkan
perlakuan III hanya tumbuh 1 cabang tanpa buah. Berdasarkan
analisis keragaman terhadap parameter yang diukur atau diamati, maka pemberian
pupuk Kompos
(kotoran sapi) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi, jumlah tajuk daun, diameter batang dan kanopi daun dan
berproduksi. Secara visual menunjukan bahwa pupuk kompos dari kotoran sapi
memberi efek yang baik terhadap pertumbuhan tanaman tomat pupuk kompos telah memperbaiki sifat kimia, fisik dan
biologi tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman tomat. Aplikasi kompos yang dilakukan sesuai petunjuk
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
oleh (Prihandini dan Teguh, 2007).
4.
Merencanakan
Demonstrasi Usaha Tani melalui Demonstrasi Farm
Perencanaan kegiatan demonstrasi usaha
tani melalui kegiatan demonstrasi farm dilakukan bersama pembimbing eksternal,
serta rekan-rekan Petugas Penyuluh Pertanian yang ada di Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Siantan Kabupaten
Pontianak. Demonstrasi Farm yang direncanakan adalah menanam komoditi padi
varietas Inpara 3 dengan pola tanam jajar legowo 2 : 1 pada musim tanam
berikutnya (November – Desember 2012) di wilayah Desa Sui Nipah Kecamatan
Siantan pada kelompok tani “Karya Tani” dilahan milik petani seluas 1,5 ha.
Dalam merencanakan kegiatan demonstrasi farm, tidak lagi dilakukan penyusunan
proposal, karena pelaksana dan penanggung jawab kegiatan akan dilakukan oleh
Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Pontianak yang akan bekerjasama dengan kelompok tani terpilih yaitu kelompok
tani “Karya Tani”. Selain itu, sosialisasi dan implimentasi budidaya padi
varietas Inpara 3 memang merupakan
program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pontianak, yang akan
ditindak lanjuti oleh BP4K Kabupaten
Pontianak. Perencanaan yang disusun
memuat aspek: Siapa yang melaksanakan, dimana dilaksanakan, mengapa
dilaksanakan, kapan dilaksanakan, sumber biaya yang digunakan. Perencanaan demfarm
yang dilakukan sesuai dengan pengertian menurut Deptan (2003) tentang Pedoman Umum Pemilihan Metode
Penyuluhan Pertanian. Untuk lebih jelasnya perencanaan yang disusun dapat
dilihat pada lampiran 12.
5.
Memandu pelaksanaan demonstrasi
usahatani melalui demonstrasi area
Kegiatan memandu dapat dilaksanakan namun pelaksanaannya pada lahan Dem Farm, karena didalam programa penyuluhan pertanian tahun 2012 BPP Kec Siantan tidak memiliki pelaksanaan kegiatan Dem Area. Hal ini terlihat dari
kegiatan-kegiatan yang telah dirumuskan. Demonstrasi Area seharusnya dilakukan pada lahan seluas 5 – 25 ha pada
Gapoktan, namun kenyataannya kegiatan yang dilakukan pada materi PKL II ini hanya
dapat dilakukan memandu Demonstrasi Farm pada lahan seluas 1,5 ha, terhadap tanaman
padi varietas inpara 3 dengan sistem pola tanam jajar legowo 4 : 1, pada lahan kelompok tani “Sejahtera” di
wilayah Kecamatan Siantan, yang demonstratornya oleh ketua kelompok tani
Sejahtera. Pemanduan dilapangan dimulai sejak mulai tanam pada tanggal 7 Juni
2012 dan pada tanggal 12 Juli 2012 memandu demfarm dilaksanakan pada tahap
penyiangan gulma dan penyemprotan hama , dokumentasi kegiatan pada lampiran 5.
6.
Melaksanakan Temu Lapang/Temu Tugas/Temu
Teknis/Temu Karya
Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu temu tugas yang
merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan BP4K Kabupaten Pontianak dalam
rangka menginformasikan berbagai kebijakan penyuluh dan penerapan teknologi
tepat guna serta menggali berbagai permasalahan yang ada dilapangan. Temu tugas
dilaksanakan pada hari senin pada tanggal 2 Juli 2012 di BPP Kecamtan Siantan
Kabupaten Pontianak oleh Fasilitator temu tugas tersebut adalah penyuluh
kabupaten yang dihadiri oleh para penyuluh pertanian lapangan tingkat Kecamatan
Siantan. Dalam temu tugas ini materi yang disampaikan adalah penerapan rekayasa
teknologi yaitu sistem pola tanam Jajar legowo yang merupakan rekayasa
teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi.
Adapun cara tanam legowo yang di anjurkan untuk wilayah khususnya Kecamatan
Siantan adalah jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 dalam temu tugas ini fasilitator
menjelaskan secara rinci keuntungan dan tujuan daripada sistem pola tanam jajar
legowo.
7.
Merencanakan Forum Penyuluhan Pedesaan/ Magang/ Widyawisata/ Karyawisata/Widyakarya
Perencanaan dapat dilakukan adalah Widyawisata, Langkah awal yang ditempuh
pada pelaksanaan kegiatan ini adalah konsultasi dan koordinasi dengan Kepala
Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Siantan selaku pembimbing eksternal di
lapangan dan rekan penyuluhan Kecamatan Siantan. Kemudian dibantu oleh penyuluh
THL melakukan koordinasi dengan ketua dan anggota kelompok tani, dan diperoleh
informasi dari petugas penyuluh dan kelompok tani bahwa pada bulan September
2012 kelompok tani usaha Mulya yang berada di Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan
berencana akan melaksanakan widyawisata ketempat penangkaran benih induk
tanaman padi yang berada di kecamatan Anjongan Kabupaten Pontianak. Selanjutnya
dilakukan penyusunan proposal dan perencanaan secara bersama yang memuat: (1)
Siapa yang menjadi peserta. (2) Materi yang akan dilihat dan dipelajari (3)
Biaya yang akan dipergunakan (4) Waktu pelaksanaan (5) Siapa yang akan
dikunjungi, dan (6) Mengapa kegiatan tersebut dilakukan. Untuk lebih jelasnya,
proposal dan perencanaan yang disusun dapat dilihat pada Lampiran 7.
8.
Melaksanakan Forum Penyuluhan Pedesaan/ Magang/
Widyawisata/ karyawisata/widyakarya
Sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan dalam materi yang bersifat perencanaan yaitu merencanakan
widyawisata, maka kegiatan yang akan dilakukan pada materi tahap melaksanakan
widyawisata ini hanya sampai pada tahap perencanaan mengingat waktu pelaksanaan
kegiatan PKL II hanya sampai pada bulan Agustus 2012, sehingga pelaksanaan
widyawisata tidak diikuti, kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok tani Usaha
Mulya yang dipandu oleh Petugas penyuluh
setempat pada bulan September, selain dari kegiatan tersebut, bentuk kegiatan
lain yang sejenisnya juga tidak dilaksanakan.
9.
Menumbuhkan
Gabungan Kelompok
Menumbuhkan gapoktan tidak dilakukan,
dari kelompok tani yang berada di wilayah Kecamatan Siantan terdiri dari 84
kelompok tani yang tersebar di 5 desa
yang ada dan setiap desa terdapat sekitar 16 kelompok tani, dari jumlah
kelompok tani yang ada di Kecamatan Siantan, telah tergabung dalam Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) yang berjumlah 5 gapoktan setiap desa terdiri dari 1 Gapoktan. Melalui
koordinasi dengan koordinator penyuluh dan pembimbing eksternal di lapangan,
materi usaha penumbuhan gabungan kelompok ini tidak dilakukan, sesuai kebjakan
pemerintah yang menyatakan bahwa dalam 1 desa terdapat 1 gapoktan dan 1
penyuluh dan hal ini telah sesuai dengan yang ada dilokasi pelaksanaan PKL
II, sehingga penumbuhan gapoktan tidak
dilaksanakan, namun usaha untuk meningkatkan eksistensi dan dinamika gapoktan
tetap dilakukan, yaitu dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan menuju kearah
perbaikan yang berorientasi kepada peningkatan keterampilan dan kesejahteraan
anggota khususnya. Penumbuhan kesadaran melalui motivasi terus dilakukan, bahwa
usaha yang dilakukan secara bersama akan menjadi semakin mudah serta senantiasa
memotivasi mereka untuk berusaha tani secara konsisten, efisien dalam usaha dan
modal, kekompakan dalam segala aspek
;antara pengurus dan anggota serta sesama kelompok, kompeten dalam managemen,
guna menuju kearah perbaikan kualitas maupun kuantitas produk usaha tani yang
mereka usahakan. Langkah yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
adalah ikut melibatkan diri kedalam setiap pertemuan kelompok maupun pertemuan
gapoktan, daftar nama gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 8.
10. Mengembangkan Kelompok Tani Dari Lanjut Ke Madya
Pengembangan kelompok tani dapat
dilakukan dan kegiatan yang dilakukan
pada pelaksanaan materi ini adalah mengusahakan untuk meningkatkan kegairahan
dan memotivasi para anggota kelompok tani dalam menumbuhkan adanya rasa
kebanggaan bersama, dalam hal ini langkah yang ditempuh dalam menggerakkan
kelompok kearah peningkatan kemampuan individu maupun kelompok dan peningkatan
kelas kelompok adalah penyuluhan dengan metode anjangsana yang dalam hal ini, mengidentifikasi
penilaian yang telah ada, dan melakukan penilaian terhadap kelompok tani kelas
lanjut. Asumsinya adalah, jika hasil penilaian yang dilakukan mencapai jumlah nilai 501 – 750, maka
kelompok tersebut sudak layak ditingkatkan kelas kelompoknya ke Kelas Madya.
Penilaian yang dilakukan, berdasarkan indikator 5 jurus kemampuan, yaitu: (1).
Kemampuan berorganisasi dan administrasi, (2). Kemampuan merencanakan,
melaksanakan dan evaluasi kegiatan, (3). Kemampuan penerapan teknologi, (4).
Kemampuan pemupukan modal, dan (5) Kemampuan membangun jejaring kerja dan
kemitraan usaha. Pedoman penilaian ini mengacu pada format yang digunakan oleh
Pemerintah Kabupaten Magelang, dan telah disetujui oleh Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak. Kelompok tani yang dilakukan
penilaian adalah Kelompok Tani “Sejahtera”, kelompok tani ini dipilih untuk
dinilai karena kelompok tani ini berpredikat dalam kelas kelompok Lanjut sejak tahun 2008, sedangkan kelompok tani
lain sebagian baru dikukuhkan ke kelas Lanjut pada Desember 2010, dalam
penilaian kelas kelompok yaitu dengan mewawancarai ketua kelompok yang
didampingi penyuluh wilayah setempat.
Dari hasil penilaian yang dilakukan
diperoleh jumlah nilai 670, yang menurut standar penilaian, jumlah nilai tersebut telah termasuk kedalam kelas
Madya. Hasil penilaian selanjutnya disampaikan kepada Kepala Badan Penyuluhan
Pertanian Perikanan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak, setelah
diketahui oleh pembimbing eksternal. Untuk selanjutnya akan ditindak lanjuti
dan dilakukan proses melalui mekanisme yang berlaku. Diharapkan dari hasil
penilaian yang ada, pengukuhan kelompok tani Sejahtera dari Kelas Lanjut ke
Kelas Madya dapat terealisasi. Untuk lebih jelasnya, bentuk dan contoh hasil
penilaian yang dilakukan dapat dilihat Lampiran 9.
11. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan
Pertanian Tingkat Kecamatan
Dari hasil koordinasi
dengan pembimbing eksternal, koordinator penyuluh dan juga PPL setempat
menyatakan bahwa belum pernah diadakannya evaluasi pelaksanaan penyuluhan di
Kecamatan Siantan sebelumnya oleh pihak atau instansi terkait oleh karena itu
pada pelaksanaan materi ini, langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi
Programa Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan tahun 2011, Kemudian melakukan
analisa selanjutnya data evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian Kecamatan
Siantan, yang diperoleh adalah hasil
evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan dibidang pertanian
adalah SL-PTT Kegiatan SL-PTT telah
dilaksanakan di Kecamatan Siantan pada bulan April-Agustus 2011, tujuan
dilaksanakan SL-PTT untuk meningkatkan produksi padi dari rata-rata 26,2 kwt/ha
menjadi rata-rata 49,2 kwt/ha, permasalahan yang dihadapi petani padi
yaitu petani belum mampu menerapkan sapta usaha secara
lengkap. Melalui kegiatan SL-PTT materi yang disampaikan yaitu tentang teknologi
budaya sapta usaha tanam padi sawah. Sumber biaya berasal dari dana APBD dan
Swadana, penanggung jawabnya oleh Kepala BPP Kecamatan Siantan dan pelaksana
kelompok tani, penyuluh pertanian lapangan. Dalam kegiatan SL-PTT materi-materi yang disampaikan antara
lain; Rembug Tani yaitu membahas persiapan Sekolah Lapang PTT Padi, pengolahan lahan pasang
surut dengan rotary, persemaian padi pada lahan pasang surut, perlakuan benih dengan Astonish dan Softguard, penanaman padi sistem Legowo 4:1 dan 2:1 pada lahan pasang surut, pemupukan padi spesifik
lokasi berdasarkan hasil analisa tanah dengan perangkat uji tanah sawah, pemupukan susulan berdasarkan hasil pengukuran Bagan Warna Daun
(BWD), pengendalian
hama dan penyakit secara terpadu (PHT), panen padi dengan alat sabit bergerigi dan pasca panen padi perontokan
menggunakan power thresher.
Hasil yang didapat oleh petani dalam pelaksanaan SL-PTT petani sudah mulai mengenal penggunaan varietas unggul baru untuk
padi lahan pasang surut seperti Inpara-3 untuk menggantikan varietas lokal yang
berumur panjang dan produktivitas rendah, petani sudah mulai menanam padi dua kali setahun dan terus bertambah
luas tanam pada musim gadu, petani mulai mengenal penggunaan pupuk secara tepat terutama dosis
pemupukan sudah mengikuti hasil analisa tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah
(PUTS), pengendalian
hama dan penyakit sudah mulai dilakukan secara terpadu terutama dengan
didasarkan pada nilai ambang ekonomi.
Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas dan efisiensi,
pencapaian hasil suatu kegiatan untuk selanjutnya digunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pada perencanaan dan pengembangan
kegiatan selanjutnya dan digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mengatasi
permasalahan, dan tindakan penyesuaian atau perbaikan atas pelaksanaan
kegiatan. Dokumentasi Kegiatan SL-PTT
dapat dilihat pada lampiran 10.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
- Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan dan pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian terlaksana melalui berbagai kegiatan. yaitu tersusunnya perencanaan kegiatan demfarm dan penyusunan instrumen potensi wilayah kecamatan, menyusun media penyuluhan, dan melakukan pengembangan penilaian kelompok dari lanjut ke madya dan dari hasil penilaian diperoleh nilai 670.
2. Meningkatkan dinamika pada gabungan kelompok tani,
Melaksanakan tugas rutin Penyuluh Pertanian Tingkat Pelaksana Lanjutan
dilaksanakan melalui penyebaran ilmu pengetahuan melalui kegiatan memandu
pelaksanaan dem area dan temu tugas.
B. Saran
1.
Untuk
mencapai hasil yang optimal dalam pembangunan disektor pertanian, proses
penyuluhan ditingkat kecamatan dan
Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian hendaknya dilakukan secara konsisten
dan berkelanjutan.
2.
Kegiatan
penyuluhan pertanian agar lebih diintensifkan lagi, guna menunjang keberhasilan
program pembangunan dibidang pertanian. Penerapan metode yang tepat, efektif
dan efisien sangat menentukan keberhasilan dalam proses penyuluhan, karena cara
menerima suatu inovasi yang di sampaikan kepada sasaran sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen
Pertanian, 2002. Penyuluhan
Pertanian, Jakarta.
Departemen Pertanian, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SPPPK).
Depatemen
Pertanian, 2007. Pusat penelitian dan
pengembangan peternakan Balai Penelitian dan pengembangan pertanian.
Epetani, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Deptan.
Go.id
Diakses 27 Juli 2012
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.
--------------, T. 2009. Sistem Penyuluhan
Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta
Mardikanto, T. dan S. Sutarni,
2006. Pengantar Penyuluhan Pertanian.
Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.
Marsono.
2001. Pupuk Akar (Jenis dan Aplikasi).
Penebar Swadaya. Jakarta.
Marzuki. 1999. Pembinaan
Kelompok Tani. Universitas Terbuka, Jakarta.
Padmowihardjo, S. 1999. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas
Terbuka, Jakarta
-------------------, S. 2000. Metode Penyuluhan
Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta.
Permentan,
Nomor: 52/Permentan/OT. 140/12/2009 tentang
metode penyuluhan pertanian.
Prihandini , W.P. dan P.
Teguh. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Diakses 27 Maret 2012. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/ind/images/ stories/juknis
/kompos.pdf.
Setiana, U. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Ghalia Indonesia, Bogor.
Slamet, M. 1973. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian.
IPB, Bogor.
Suryadi. 1978. Alat dan Metoda Penilaian Penyuluhan. IPLPP, Ciawi.
UCU. dan Jaya Pramana, K. Budidaya Padi. BP3K KECAMATAN
CIBITUNG. Epetani deptan.go.id. Diakses
06 Agustus 2012.
Van
Den Ban, A. W. dan Hawkins, H. S. 1999. Penyuluhan
Pertanian. Kanisius Yogyakarta.
Victor, 2008. Instrumen Penelitian. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080402080853AA49MRX.
06 Agustus 2012.
Widayat, W. Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk Cair. http://antiterasi.multiply.com/journal/item/26/Petunjuk_Teknis_Pembuatan_Pupuk_Kompos_Dan_Pupuk_Cair. Diakses 27 Maret 2012
Yovita.
2001. Membuat Kompos Secara Kilat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
nice artikel...but tidak ada lampiran.
BalasHapus