Selasa, 08 Januari 2013











puisi ini karya : shella (scandy)

Berjumpa denganmu adalah suatu hal yang tak pernah ku sangka
Mengenalmu menjadi suatu cerita indah dalam hidupku
Mencintaimu adalah hal yang akan selalu aku kenang
Memilikimu adalah hal yang bahagia dalam hidupku
Meraih cintamu adalah memory cintaku yang tak akan terhapus oleh waktu
Berada di sisi mu adalah kenangan yang tak akan lapuk oleh jaman
Berpisah dengan mu adalah hal yang selalu aku takutkan
Kehilangan mu adalah bagian terahit dalam diriku
Karena …
Engkaulah serpihan kisah dalam hidup ku …
Karena …
Engkaulah pelengkap kisah cinta ku …

Jumat, 04 Januari 2013

Laporan PKL II



I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mahasiswa tugas belajar  yang mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang diharapkan dapat memiliki kompetensi yang memadai. Untuk itu pada setiap tingkatnya peserta didik harus mengikuti Praktik Kerja Lapang jenjang penyuluh. Guna menjawab tantangan tersebut, diperlukan pola pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pola pemahaman teoritis dan juga praktik. Untuk itu proses pembelajaran di STPP Magelang dilakukan pola pembelajaran “ in and out campus learning system ”. Melalui pola pembelajaran ini, peserta didik dapat menempuh proses pendidikan didalam kampus (in campuss) dan pada situasi nyata diluar kampus (out campuss).
Dalam Praktik Kerja Lapang II untuk jenjang penyuluh pertanian pelaksana  ini, mahasiswa diarahkan untuk melaksanakan penyuluhan tingkat kecamatan dan melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian, melaksanakan tugas rutin penyuluh pertanian tingkat pelaksana dan melaksanakan seminar laporan hasil PKL sebagai penyuluh pertanian tingkat pelaksana.
Kecamatan Siantan merupakan wilayah terpilih untuk pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang II  , karena wilayah ini dianggap cukup potensial untuk pengembangan Pertanian dan Peternakan yang berbasis agribisnis. Luas wilayah Kecamatan Siantan  26.535 ha, terdiri dari lahan usaha tani padi 2.749 ha, usaha tani hortikultura 14 ha, lahan usaha tani sayuran 29 ha, usahatani palawija 169 ha, lahan  perkebunan 4.594 ha. 
Permasalahan yang ditemukan diwilayah Kecamatan siantan pada pelaksanaan PKL II  diantaranya adalah petani yang pengetahuan maupun keterampilan  dalam berbagai aspek pertanian masih terbatas, Selain permasalahan  pengembangan pola pertanian organik khususnya sayuran juga mulai  dikembangkan oleh petani melalui bimbingan instansi terkait. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi mahasiswa untuk menindak lanjutinya melalui Praktek Kerja Lapang ini.

B.  Tujuan

Ditinjau dari materi dan tugas yang akan dilaksanakan dan permasalahan yang ada, maka tujuan diadakannya kegiatan Praktik Kerja Lapang Penyuluh Pertanian Pelaksana  ini adalah:
1.    Untuk melaksanakan tugas rutin Penyuluh Pertanian tingkat pelaksana dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), dan pemberdayaan kelompok tani.
2.    Untuk  bisa melaksanakan apa yang akan dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan materi yang diembannya, dan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan nyata dilapangan.
3.    Evaluasi Penyuluhan Pertanian.  


C.      Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian selama Praktik Kerja Lapang II Penyuluh Pertanian tingkat Pelaksana adalah sebagai berikut :
1.      Dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian di kecamatan (lokasi) Praktik sampai pelaksanaan penyuluhan dan melaksanakan tugas-tugas rutin sebagai penyuluh pertanian pelaksana, dapat menguji dan meningkatkan kemampuannya dalam menyuluh dan berkomunikasi sebagai seorang fasilitator dan dinamisator serta dapat berlatih bermasyarakat dengan kondisi sosiokultur yang berbeda.
2.      Mengenalkan kepada dunia luar akan keberadaan dan fungsi STPP Magelang sebagai penghasil tenaga penyuluh pertanian yang profesional, dan menciptakan hubungan yang harmonis antara pihak STPP Magelang dengan instansi mahasiswa.
3.      Diharapkan terjadinya perubahan  pengetahuan, sikap dan keterampilan  yang mengarah kepada perubahan perilaku masyarakat, khususnya masyarakat tani dalam upaya memperbaiki kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Aspek Penyuluhan

1.    Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Tujuan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka ( Deptan, 2002 ).
Yang dimaksud dengan penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan).
Sedangkan menurut Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk mencapai pertanian yang tangguh.Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Tujuan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka ( Deptan, 2002 ).
Yang dimaksud dengan penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan).
Sedangkan menurut Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk mencapai pertanian yang tangguh.

2.    Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian

Setiana (2005), menyatakan bahwa fungsi penyuluhan pertanian adalah menjembatani kesenjangan antara Praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli dan kondisi nyata yang dialami petani.
Van Den Ban dan Hawkins (1999), mengatakan tujuan penyuluhan pertanian  mengajarkan kepada petani untuk dapat menghasilkan (tanaman atau ternak) melalui cara yang paling menguntungkan. Disamping itu penyuluhan pertanian bertujuan agar petani dapat mengatur dirinya sendiri dalam koperasi dan organisasi lainnya. Sedangkan menurut  Mardikanto dan Sutarni (2006), tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam, perubahan kecakapan atau keterampilan tehnis dan perubahan sikap yang lebih progresif.

3.        Metode Penyuluhan Pertanian

Menurut Padmowihardjo (1998), metode penyuluhan pertanian adalah suatu cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya agar bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru. 
Menurut  Permentan (2009), metode penyuluhan merupakan cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meingkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta adalah cara atau teknik  meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dalam Pedoman Umum Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian berdasarkan indra penerima dari sasaran diantaranya ada yang melalui kombinasi indra  antara indra penglihatan,  indra pendengaran, penciuman dan perabaan  contohnya:  a) Demontrasi farm  yang merupakan demonstrasi usaha tani secara kelompok yang dilakukan oleh kelompok tani – nelayan  dengan areal 1 -5 hektar untuk komoditi yang memerlukannya, b) demontrasi area merupakan demonstrasi usaha tani yang dilakukan secara bersama antar kelompok tani – nelayan. Luas usaha tani yang didemonstrasikan seluas usahatani yang dimiliki oleh gabungan kelompok dalam satu hamparan/ unit usaha, c) Temu tugas adalah pertemuan berkala antara pengemban fungsi  penyuluhan, penelitian, pengaturan dan pelayanan dalam rangka pemberdayaan petani – nelayan  beserta keluarganya,
 d) Widyawisata adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompok tani untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya atau melihat suatu akibat tidak ditetapkannya teknologi disuatu tempat. Yang bertujuan untuk meyakinkan peserta dengan memberikan kesempatan untuk melihat sendiri hasil penerapan suatu teknologi. Adapun manfaat dari widyawisata  adalah membina keakraban di anatara peserta dan antara petani-nelayan atau kelompok yang dikunjungi.

4.        Media Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993), menyatakan bahwa media atau alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan.
Fungsi dan peranan media dalam penyuluhan pertanian adalah untuk membangkitkan perhatian dan untuk menggugah hati, agar para petani dan anggota keluarganya sebagai sasaran penyuluhan pertanian akan menjadi sadar terhadap inovasi dan selanjutnya timbul minatnya untuk menghadapi inovasi tersebut (Padmowihardjo, 1999).
Berikut ini adalah media penyuluhan yang digunakan dalam pelaksanaan PKL II : a) Seri Foto; Seri Photo adalah materi penyuluhan pertanian berupa rangkaian photo-photo yang disusun secara berurutan sehingga menjadi suatu cerita/proses kegiatan di bidang pertanian  Permentan (2009), b) Poster; Poster merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dengan ukuran yang relative besar untuk ditempel ditembok, dipohon, atau direntangkan dipinggir jalan. Poster lebih banyak berisikan gambar yang dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan atau sikap sasaran (Mardikanto 2009).

5.         Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Suryadi (1978), Evaluasi merupakan suatu proses untuk melakukan pengamatan atau pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan tertentu. Evaluasi bertujuan untuk menarik beberapa kesimpulan dan menetapkan keputusan tertentu.
Slamet (1973), mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan yang banyak memerlukan waktu, tenaga dan biaya dan sering terasa sangat sulit dan melelahkan. Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian sangat diperlukan karena adanya evaluasi yang baik akan sangat bermanfaat, tidak saja bagi kegiatannya sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi pelaksana kegiatan penyuluhan atau penyuluhannya dan bagi aparat atau petugas pelaksana evaluasi penyuluhan pertanian.
Mardikanto dan Sutarni (1988), Untuk efisiensi dan efektivitas tercapainya tujuan tujuan penyuluhan, sebaiknya evaluasi dilakukan 3 kali yaitu: a) Pada saat menjelang ditetapkannya perencanaan penyuluhan, b) Pada tahap awal atau pertengahan menjelang berakhirnya kegiatan penyuluhan, c) Pada akhir atau setelah kegiatan penyuluhan selesai dilaksanakan.




6.       Kelompok Tani

Kelompok tani adalah  kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan merupakan suatu unsur yang didalamnya terdapat beberapa individu petani yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dalam kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan profesi (Mardikanto, 1993).
Marzuki (1999), menyatakan bahwa pembinaan kelompok tani adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan peranannya sehingga terjadi peningkatan kemampuan kelompok tani, dan selanjutnya menyatakan pula bahwa Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) adalah gabungan dari beberapa kelompoktani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompoktani-nelayan (WKAK) yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama.



B.     KOMPOS

1.     Pengertian Kompos

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. Proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu: 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O, 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman.   
Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama.

2.      Manfaat Kompos

Manfaat kompos organik diantaranya adalah a) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, b) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, c) menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah,  d) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,  e) mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik), f) membantu proses pelapukan bahan mineral, g) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, serta, h) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Yovita, 2001).
Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah: a) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, b) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, c) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, d) kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk  (Prihandini, 2007).

3.        Pembuatan Kompos
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan yaitu; a) kotoran sapi yang bercampur dengan urine, b) Sekam atau limbah gergajian kayu, c) Kapur bubuk, d) Skop, e) Karung plastic, f) Timbangan.
Cara Pembuatan diawali dengan  mengumpulkan kotoran sapi dengan cara pemanenan dari kandang, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi kompos. Kotoran yang  dipanen dari kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama kurang lebih 2 bulan di musim hujan atau 1 bulan dimusim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung (Prihandini, 2007).

4.        Cara Pemakaian Kompos

Kompos dapat digunakan untuk tanaman padi, palawija dan hortikultura. Cara pemberiannya ditebarkan merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai jenis tanaman, untuk pemupukan individu seperti tanaman dalam pot (jeruk, mangga, bunga, dsb), kompos disebarkan dibawah kanopi terluar dari daun, untuk hamparan tanaman padi dan tanaman palawija diberikan 10 ton/ha setiap 6 bulan, untuk tanaman bawang merah 20.000 kg/ha, untuk tanaman semangka 2 kg/bedengan. Marsono (2001), menyatakan bahwa pemakaian pupuk kompos organik berdasarkan umur  tanaman adalah 500 g/tanaman pada umur 1 - 3 bulan, 1000 g/tanaman pada umur tanaman 4-9 bulan. Berdasarkan hasil pengkajian BPTP Jawa Barat menunjukkan bahwa tanaman tomat varietas sakura yang dipupuk kompos kotoran sapi mampu berproduksi 3,15 kg/tanaman, sedangkan untuk tanaman bawang daun dan seledri dengan pemakaian kompos organik kotoran sapi dapat meningkat produksinya masing-masing 57,1% dan 47,6%.
Kompos mempunyai prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur tanah dan tanaman pertaniannya.

C.      Sistem Pola Tanam Jajar Legowo

Legowo menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Menurut beberapa informasi yang diperoleh cara tanam ini pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Legowo Kepala Dinas Pertanian kabupaten Banjar Negara. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak.  Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
Jajar legowo 2:1  Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
Jajar legowo 3:1  Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.
Jajar legowo 4:1 Setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya, jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah. Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sitem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan. Adapun manfaat sistem tanam jajar legowo adalah menambah jumlah tanaman padi, otomatis juga akan meningkatkan produksi tanaman padi, memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir, mengurangi serangan penyakit, mengurangi tingkat serangan hama, mempermudah dalam perawatan baik itu pemupukan maupun penyemprotan pestisida, menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman.

D.      Mikro Organisme Lokal (MOL)

Bahan organik tanah merupakan bahan esensial yang tidak dapat digantikan bahan lain dalam tanah. Selain perannya dalam mempertahankan atau memperbaiki sifat fisik tanah (tekstur dan struktur tanah), bahan  organik mendukung kehidupan mikroorganisme dan makroorganisme tanah dan sebagai sumber nutrisi bagi makhluk hidup di dalam tanah termasuk tanaman. Mol (Mikro Organisme lokal) adalah cairan dari bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang berada di tempat tersebut. Mol berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik dan sebagai  tambahan nutrisi bagi tumbuhan. Berdasarkan penelitian, bahan ini mengandung zat atau hormon yang dapat merangsang pertumbuhan dan mampu mendorong perkembangan tanaman.
Berbagai jenis mol dikembangkan dari bahan-bahan alami yang selama ini terbuang begitu saja. Degan memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan mol, maka kita tidak hanya mengurangi jumlah limbah disekitar kita tetapi juga  mengubah limbah menjadi bahan berdaya guna. Berikut ini adalah mol yang dibuat dengan bahan baku bonggol pisang.  

Mol Bonggol Pisang
Peralatan yang digunakan:
1.        Baskom plastik
2.        Botol aqua (1,5 lt)
3.        Selang plastik
4.        Pisau
Bahan yang digunakan:
1.        Air leri beras 5 liter
2.        Air kedelai 5 liter
3.        Bonggol pisang 3 kg
4.        Gula jawa 2 0ns atau tetes tebu 1 liter
Cara pembuatan:
1.        Bonggol pisang dicacah halus kemudian diremas lalu masukkan kedalam baskom
2.        Masukkan air leri beras dan air kedelai kedalam ember
3.        Masukkan gula merah yang sudah diiris atau tetes tebu kedalam ember
4.        Campur semua bahan dan aduk hingga rata
5.        Baskom ditutup rapat dengan plastik dengan diberi lobang udara yang dipasangi selang yang dihubungkan ke botol aqua yang sudah diisi air 
6.        Setelah 10-15 hari cairan sudah bisa digunakan


 Aplikasi:
Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari dengan 400cc cairan atau sama dengan 2 gelas aqua, dicampur 14-15 liter air tawar pada umur tanaman 10 hst, 20 hst, 30 hst dan 40 hst. Cocok digunakan pada tanaman pangan dan palawija, sebagai zat perangsang pertumbuhan pada  fase vegetatif. (Widyaningsih, tanpa tahun).














III. PELAKSANAAN  KEGIATAN

A.    Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapang  II dilaksanakan pada tanggal 1 Juni  2012 sampai dengan 31 Agustus 2012 dengan lokasi kegiatan di Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.  Lokasi dan tempat terpilih,  dinilai cukup potensial untuk pengembangan komoditas pertanian dan peternakan  yang berbasis Agribisnis.

B.       Materi Kegiatan

1.      Menyusun instrument identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan
2.      Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk seri foto dan poster
3.      Melaksanakan uji coba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode penyuluhan pertanian
4.      Merencanakan demonstrasi usaha tani melalui demfarm
5.      Memandu pelaksanaan demonstrasi usaha tani melalui demarea
6.      Melaksanakan temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya
7.      Merencanakan forum penyuluhan pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata/widyakarya
8.      Melaksanakan forum penyuluhan pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata/widyakarya
9.      Menumbuhkan gabungan kelompok tani
10.  Mengembangkan kelompok tani dari lanjut ke madya
11.  Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan



                                                                                                                                        IV.       HASIL PEMBAHASAN

A.      Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Siantan
1.        Letak Geografis

Kecamatan Siantan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pontianak yang  berbatasan langsung dengan Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Landak. Wilayah Kecamatan Siantan memiliki batas-batas fisik dan administrasi yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Segedong, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei. Ambawang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Pontianak, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.

2.        Potensi Sumber Daya Alam.

Luas wilayah Kecamatan Siantan adalah 26.535 ha yang  terdiri dari lahan usaha tani padi 2.749 ha, usaha tani hortikultura 14 ha, lahan usaha tani sayuran 29 ha, usahatani palawija 169 ha, lahan  perkebunan 4.594 ha.  Dilihat dari kondisi luas wilayah yang ada maka wilayah Kecamatan Siantan cukup potensial dimanfaatkan untuk budidaya tanaman  padi, palawija, tanaman perkebunan, sayuran dan tanaman hortikultura (rambutan, nenas, pepaya, jeruk, pisang, durian dll) dan . sayuran. 
Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki Kecamatan Siantan, dapat dikembangkan suatu komoditas pertanian yang sesuai secara biofisik dan menguntungkan secara ekonomi  sangat penting dalam perencanaan, pengkajian teknologi, untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan sehingga pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa’at, 2000).
3.         Potensi Sumber Daya Manusia.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun  2010, penduduk Kecamatan Siantan pada tahun 2010 berjumlah 40.360 jiwa, dengan kepadatan penduduk sekitar 252 jiwa per kilometer persegi atau 8.072 jiwa per desa. jika dilihat rata-rata per desa. Desa Wajok Hulu merupakan desa terbanyak penduduknya yang mencapai 14.424 jiwa, dan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Desa Peniti Luar yang memiliki penduduk 2.562 jiwa.  Kecamatan Siantan merupakan kecamatan yang terpadat di Kabupaten Pontianak, Kecamatan Siantan membawahi 5 desa, 24 dusun, 54 RW, dan 199 RT.
Profil Kecamatan Siantan Tahun 2010  disajikan pada tabel berikut:

a.        Geografi dan Iklim

Tabel 1.1        Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ha)

No
Desa
Tanah Sawah
Tanah
Kering
Bangunan/
Pekarangan
Hutan
Negara
Lainnya
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
Sungai Nipah
0,507
0,642
0,044
-
0,007
1,200
2.
Jungkat
0,68
0,989
0,249
0,150
0,032
2,100
3.
Wajok Hilir
0,319
1,876
0,252
2,855
0,028
5,330
4.
Wajok Hulu
0,102
1,265
0,246
3,342
0,045
5,000
5.
Peniti Luar
0,750
1,568
0,067
-
0,015
2,400


2,358
6,034
0,858
6,347
0,127
16,03

Sumber : Statistik Kab.Pontianak
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa kawasan di wilayah Kecamatan Siantan didominasi oleh kawasan hutan Negara, dan selanjutnya diikuti oleh lahan kering dan tanah sawah kemudian lahan  bangunan dan pekarangan yang terakhir adalah kawasan lainnya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa masih ada banayak kawasan milik negara yang  potensial untuk pengembangan sektor pertanian, untuk itu diperlukan suatu langkah nyata dan strategis untuk pengembangan kawasan terutama pada sektor pertanian yang bekerjasama dengan instansi pemerintah.

Tabel 1.2.       Jumlah Curah Hujan Dan Hari Hujan Di Kecamatan Siantan Tahun 2010

No
Bulan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

229,6
53,7
142,4
366,6
63,5
254,9
35,1
163,5
85,7
290,7
518,6
326,9
18
18
18
16
23
23
23
22
22
19
26
27

2010
2009
2008
2007
2.531,2
3.322,0
2.909,9
2.023,0
255
236
228
177
Sumber: Stasiun Klimatologi Siantan


Dari tabel 1.3, diatas telihat bahwa curah hujan dan jumlah hari hujan  tertinggi dalam periode 5 tahun terjadi pada tahun 2009 yaitu  3.322 mm pertahun dengan jumlah hari hujan 236 hari, selanjutnya jumlah hujan tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai 2.909 mm/ tahun dengan jumlah hari 228 hari hujan/tahun, kemudian pada tahun 2007 hanya mencapai 2.023  mm/tahun dengan jumlah hari hujan 177 hari /tahun dan pada tahun 2010 curah hujan mencapai 2.531,2 mm/tahun dengan jumlah hari hujan  255 hari.

b.        Pemerintahan

Tabel 2.1        Banyaknya Dusun, RW dan RT di Kecamatan Siantan Tahun 2010

No
Desa
Dusun
RT
RW
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Sungai Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
2
10
7
2
3
2
22
13
12
5
22
69
38
53
17

2010
2009
2008
2007
24
24
24
24
54
54
54
51
199
197
194
184
Sumber kantor Camat


Dilihat dari tabel 2 tersebut jumlah  dusun, RT dan RW terbanyak yang ada di Kecamatan Siantan terdapat di Desa Jungkat yaitu dengan jumlah Dusun 10, RT 22 dan RW 69, selanjutnya kelembagaan desa tertinggi selanjutnya terdapat di Desa  Wajok Hilir dengan jumlah dusun 7, RT 13 namun RW hanya 38 selanjutnya terdapat RW 53 berada di Desa Wajok Hulu dengan jumlah dusun 2 dan RT, jumlah kelembagaan selanjutnya berada di Desa Peniti Luar dengan jumlah dusun 3, RT 5 dan RW 17 serta yang jumlah kelembagaan desa yang sedikit berada di Desa Sungai Nipah yaitu hanya berjumlah  2 dusun, 2 RT dan 22 RW.

c.         Penduduk

Tabel 3.1        Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Siantan Tahun 2010

No
Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Sungai Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
2.007
6.372
4.674
6.017
1.282
1.992
6.384
4.604
5.703
1.325
3.999
12.756
9.278
11.720
2.607

2010
20.352
20.008
40.360
Sumber BPS Kab. Pontianak

Secara administratif Kecamatan Siantan  jumlah penduduk sampai dengan Desember 2010 berjumlah 40.360 jiwa.  yang teridiri 20. 352 jiwa penduduk laki-laki (50,74 %) dan 20.008 jiwa perempuan (49,26 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa  dalam setiap ha wilayah ditempati rata-rata 76 - 77 jiwa. dan dapat pula diketahui bahwa  tidak terlalu jauh ratio perbedaan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Tabel 3.2.       Kepadatan Penduduk Kecamatan Siantan Tahun 2010

No
Desa
Jumlah
Penduduk
Luas Desa (Km)²
Kepadatan Per KM²
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar

3.999
12.756
9.278
11.720
2.607
12,00
21,00
23,30
50,00
24,00
333
607
174
234
109

2010
40.360
160,30
252
Sumber: BPS Kab. Pontianak

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa yang memiliki kepadatan penduduk dalam suatu  desa  yang paling padat penduduknya yaitu Desa Jungkat  yang terdapat 607 jiwa perkilometer persegi,  kemudian kepadatan berikutnya berada di Desa Sungai Nipah yaitu dengan kepadatan 333 jiwa/km², kemudian kepadatan penduduk berikutnya berada di Desa Wajok Hulu dengan jumlah 234 jiwa/km² dan kepadatan yang paling kecil terdapat di 2 desa yaitu Desa Wajok Hilir dan Peniti Luar dengan kepadatan setiap desa 174 dan 109 jiwa/km².
 
d.        Pertanian dan Peternakan

Tabel  4.1       Tanah Sawah Yang Diusahakan Menurut Jenisnya Di Kecamatan Siantan Tahun 2008-2010 (Ha)

No
Jenis Lahan
Tahun
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
Pengairan Teknis
Pengaian setengah teknis
Pengairan sederhana
Pengairan non PU
Tadah hujan
Pasang surut
Lebak
-
-
-
-
737
1.751
-
-
-
425
-
698
1.621
-
-
-
625
-
700
1.648
-

Jumlah
2.488
2.744
2.973
Sumber: BPS Kab. Pontianak

 Dari tabel diatas terlihat bahwa tanah sawah yang digunakan menurut jenisnya di Kecamatan Siantan pada tahun  2008 yang dominan diusahakan  adalah sawah tadah hujan seluas 737 ha dan tanah pasang surut seluas 1.751 ha, pada tahun 2009 tanah yang digunakan atau yang diusahakan yaitu pengairan sederhana seluas 425 ha, tadah hujan 698 ha, pasang surut 1.751 ha dan pada tahun 2010 yaitu lahan pengairan sederhana seluas 625 ha, pasang surut 1.648 ha dan tadah hujan 700 ha.
Tabel 4.2.       Luas Tanam dan Luas Panen Padi di Kecamatan Siantan Tahun 2008-2010 (Ha)

Tahun
Padi Sawah
Padi Ladang
Luas Tanam
Luas Panen
Luas Tanam
Luas Panen
1
2
3
4
5
2008
2009
2010
3.288
3.487
3.227
3.070
4.025
2.161
-
-
-
-
-
-
Sumber: BPS Kab. Pontianak

Pada tabel menunjukkan bahwa luas tanam dan panen padi pada tahun 2008 di Kecamatan Siantan hanya diusahakan pada lahan padi sawah seluas 3.288 ha dan luas panen 3,070 ha, kemudian pada tahun 2009 luas tanam bertambah menjadi 3,487 ha dengan luas panen 4,025 ha dan pada tahun 2010 luas tanam  hanya 3,227 ha dengan luas panen 2,161 ha. Kesimpulan yang dapat diambil dari laus tanam dan luas pannen selama 3 tahun produksi tertinggi didapat yaitu pada tahun 2009.
Tabel 4.3.       Jumlah Ternak menurut jenisnya di kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ekor)

No
Desa
Sapi
Kambing

Babi

Kerbau
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
9
225
312
427
-
298
627
573
296
168
6
42
-
-
-
-
-
-
-
-

2010
2009
2008
973
726
869
1.956
1.916
2.123
48
52
40
-
-
-
Sumber:Dinas Pertanian dan Perternakan Kab. Pontianak
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa diwilayah Kecamatan Siantan terdapat beberapa jenis ternak yang dikembangkan. Untuk ternak ruminansia, pola pengembangan adalah dengan pengandangan, dan hanya sesekali dilepas sekedar untuk penyegaran. Jenis ternak ruminansia yang dikembangkan adalah: untuk sapi potong adalah jenis Sapi Madura, sedangkan kambing adalah jenis Kacangan. Pengembangan Sapi Potong dan Kambing diwilayah ini tidak mengalami kendala yang berarti. Pakan hijauan tetap tersedia dalam jumlah yang cukup  walaupun pada musim kemarau. Untuk pengembangbiakan Sapi Potong, sebagian besar sudah dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB). Namun berdasarkan observasi dan identifikasi selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang II, masih ada faktor lain yang menyebabkan timbulnya permasalahan seperti diatas, yaitu kurangnya pemberian pakan penguat (konsentrat), dan kurang maksimalnya perlakuan peternak itu sendiri terhadap ternak yang dipelihara.

Tabel 4.4.       Jumlah Unggas Menurut Jenisnya Di Kecamatan Siantan Tahun 2010 (Ekor)


No
Desa
Ayam Kampung
Ras

Itik
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Sui Nipah
Jungkat
Wajok Hilir
Wajok Hulu
Peniti Luar
3.117
5.162
5.674
488
978
-
3.625
5.570
625
-
437
339
93
169
182

2010
2009
15.419
12.302
9.820
9.820
1.220
783
Sumber: Sumber dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pontianak

Dari tabel 4.4  dapat dilihat bahwa diwilayah Kecamatan Siantan terdapat beberapa jenis ternak  unggas yang dikembangkan  di anataranya yaitu jenis Ayam Kampung, Ras dan Itik.  Untuk ternak unggas , pola pemeliharaan  adalah  dengan  Sistem pengandangan jumlah ternak unggas yang mendominasi di Kecamatan Siantan adalah ternak unggas Ayam kampung yang pada tahun 2010 berjumlah 15.419 ekor, ayam ras hanya 9.820 dan sedangkan ternak itik paling sedikit yaitu hanya 1.220 ekor.

B.     Aspek Kegiatan

1.         Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan
Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan dapat dilaksanakan yaitu pada  tanggal 24 Juni 2012, yang bertempat di kantor BPP Kecamatan Siantan bersama  pembimbing eksternal. Data-data yang digunakan dalam penyusunan instrumen bersumber dari data-data sekunder, yang diperoleh dari data Monografi Kecamatan Siantan  tahun 2011 dan data Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan tahun 2012. Instrumen yang disusun, terdiri dari,  curah hujan (mm) dari hari hujan (jumlah hari) rata-rata 5 tahun terakhir,  kalender musim,  luas wilayah dan kepadatan penduduk,  luas wilayah dan jenis tanah, luas wilayah sektor pertanian,  jumlah penduduk, penerapan teknologi, trend komoditas, dan pemasaran produk usaha tani. Dilakukannya identifikasi potensi wilayah adalah agar tersedianya data dan informasi yang memberikan gambaran akurat mengenai potensi wilayah. Bagi penyuluh identifikasi potensi wilayah membantu dalam proses perencanaan kegiatan-kegiatannya, serta bagi pihak-pihak lain identifikasi potensi wilayah bermanfaat dalam meraih peluang-peluang lain yang terkandung pada suatu wilayah tersebut.  Sesuai dengan pengertian instrumen dalam kamus ilmiah bahwa instrumen berarti alat, Sedangkan Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara partisipatif, sehingga dapat diartikan bahwa instrumen identifikasi potensi wilayah adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis potensi suatu wilayah (Victor, 2008). Untuk lebih jelasnya, format instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat  kecamatan  yang disusun dan dapat dipergunakan di Kecamatan Siantan dapat dilihat pada  Lampiran 4.

2.         Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk seri foto dan poster

a.                  Seri Foto dapat dibuat adapun alat  yang  digunakan yaitu, komputer  untuk menyimpan seri foto, printer  untuk  mencetak dan gunting untuk memotong foto dan bahan yang digunakan yaitu  kertas  foto, kertas manila, tinta print dan perekat. Tahap kegiatan yang dilaksanakan: 1)  menentukan materi,  2)  menyiapkan foto yang berkenaan dengan materi yang ditetapkan, 3) mencetak foto dengan cara di print out menggunakan kertas foto, 4) menyusun  seri foto secara berurutan sesuai langkah kerja kegiatan pada kertas manila. Adapun materi yang  disampaikan yaitu  tentang “Pembuatan Mikro Organisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang”, sebagai sumber nutrisi bagi makhluk hidup di dalam tanah termasuk tanaman,  foto seri pembuatan mol bersumber dari  foto hasil praktik mata kuliah,  dalam bentuk susunannya dimulai  dari foto  alat dan bahan yang digunakan,  kemudian proses pembuatan dan sampai pada hasil utama dan hasil ikutan yang didapatkan. Manfaat dari seri foto yang disusun adalah untuk membantu proses penyampaian pesan, sehingga dapat mendorong daya adopsi dan menimbulkan motivasi untuk mengikuti. Materi ini dipilih sebagai salah satu penunjang program Pemerintah Kabupaten Pontianak, yaitu pengembangan pola pertanian organik. Bentuk seri foto yang dibuat telah sesuai dengan  Permentan (2009), yang menyatakan bahwa Seri Foto merupakan materi penyuluhan pertanian yang berupa rangkaian  Foto – foto yang disusun secara berurutan sehingga menjadi satu suatu cerita atau proses kegiatan dibidang pertanian, Untuk lebih jelasnya, bentuk dan contoh seri foto yang telah disusun dapat dilihat pada Lampiran 2.   
b.                  Poster  bahan yang digunakan yaitu  kertas HVS dan alat yang  digunakan yaitu, komputer untuk menggambar dan printer untuk mencetak. Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan: 1)  menetapkan judul poster,  2)  membuat konsep poster  menggunakan komputer, 3) membuat poster dengan  teknologi komputer, di print out menggunakan kertas HVS size A4 sebanyak 6 lembar kemudian disambung menjadi satuan kesatuan utuh, yang  berbentuk poster dengan ukuran 60 X 60 cm.  Tulisan yang dimuat dalam poster tersebut  adalah  “ INGIN BEBAS RESIDU KIMIA? AYO KONSUMSI SAYURAN ORGANIK, SAYANGI DIRI KITA DENGAN MAKANAN SEHAT DAN ALAMI”. Manfaat yang dapat diambil dari pemasangan poster antara lain adalah mampu menimbulkan daya tarik dan motivasi untuk mengikuti anjuran pesan yang disampaikan, untuk menyokong, mengingat dan menyadari sehingga akan berbuat dan mengikuti ide dalam poster tersebut. Poster yang dibuat  sudah sesuai  dengan Mardikanto (2009), yang menyatakan bahwa Poster merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dengan ukuran yang relative besar untuk ditempel ditembok, dipohon, atau direntangkan  dipinggir  jalan. Untuk lebih jelasnya, bentuk poster yang dibuat dapat dilihat pada sajian Lampiran 2.

3.         Melaksanakan ujicoba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode penyuluhan pertanian


Ujicoba dapat dilaksanakan yaitu Uji coba tentang aplikasi pupuk kompos  pada tanaman tomat, dalam uji coba tersebut dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu; 1)  perlakuan pertama  dengan menggunakan pupuk pupuk kompos,  2) perlakuan kedua dengan  menggunakan  anorganik (Urea, dan KCl), dan 3 Tidak menggunakan pupuk baik anorganik maupun kompos. Masing-masing perlakuan menggunakan  10  polybag. Campuran tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1, kemudian masukkan dalam polibag, sedangkan dosis pupuk anorganik dengan takaran 1-2 gram/tanaman diberikan pada umur tanaman 2 minggu HST. Pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman tomat  yang meliputi; tinggi tanaman, diameter batang , jumlah tajuk daun dan kanopi. Komponen hasil meliputi bobot buah rata-rata dan jumlah buah per polybag. Adapun hasil dari uji coba tersebut sebagai berikut:





a.        Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 5. 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi  Tanaman
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
Perlakuan
I
II
III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4
8
12
21
40
57
65,5
90
98
4
6
11
19
35
48
58
67
79
4
5
8,5
13
23
28
35
42
50
Total
1366
1895
1955
Rata-rata
136,60
189,50
195.50

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata pertumbuhan tanaman yang paling baik atau tertinggi (49,75 cm) apabila dibandingkan dengan perlakuan kedua (40,8 cm) dan perlakuan ketiga hanya (25,95 cm).

b.        Jumlah Daun (Tajuk)

Dari tabel 5.2 dibawah terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata pertumbuhan jumlah daun  yang paling baik atau paling banyak (13,9 tajuk) apabila dibandingkan dengan perlakuan kedua yang hanya (11,5 tajuk) dan perlakuan ketiga (10 tajuk). Pada saat umur tanaman 8 minggu tumbuh cabang baru atau tangkai buah 2 – 4 tajuk pertanaman.



Tabel 5. 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Tajuk Daun
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
Perlakuan
I
II
III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
6
6
7
10
10
14
23
26
2
4
6
7
8
8
11
19
21
2
4
4
5
5
6
7
7
9
Total
1366
1895
1955
Rata-rata
136,60
189,50
195.50


c.         Diameter Batang (cm)

Tabel 5.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Diameter  Batang  Tanaman
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
Perlakuan
I
II
III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0,1
0,3
0,5
1,3
1,4
1,5
1,6
1,8
2
0,1
0,3
0,4
0,8
0,9
1
1,2
1,4
1,8
0,1
0,3
0,3
0,4
0,5
0,6
0,8
1
1
Total
1366
1895
1955
Rata-rata
136,60
189,50
195.50

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata perkembangan diameter batang  tanaman yang paling baik atau paling besar (1,27) apabila dibandingkan dengan perlakuan kedua (0,99 cm) dan perlakuan ketiga (0,6 cm).

d.        Kanopi Daun Tanaman (cm)

Tabel 5.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kanopi Daun Tanaman (cm)
Waktu Pengamatan
Minggu ke -
Perlakuan
I
II
  III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2,5
4
7
9
18
28
29
32
35
2,3
3
6
8
17
27
28,7
30
31
2
3
5,5
7
13
15
23
25
26
Total
1366
1895
1955
Rata-rata
136,60
189,50
195.50

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada perlakuan pertama terjadi rata-rata pertumbuhan kanopi daun yang diukur dari batang tanaman sampai pada ujung daun  yang paling baik (20,35 cm) apabila dibandingkan dengan perlakuan kedua hanya (18,6 cm) dan perlakuan ketiga (14,65 cm).
Pada umur tanaman 1,5 bulan perlakuan I tumbuh cabang primer sebanyak 7 cabang setiap cabang memiliki buah 6-8, pada perlakuan II hanya tumbuh 3 cabang primer dengan jumlah buah 2-5 buah sedangkan perlakuan III hanya tumbuh 1 cabang tanpa buah. Berdasarkan analisis keragaman terhadap parameter yang diukur atau diamati, maka pemberian pupuk Kompos (kotoran sapi) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi, jumlah tajuk daun, diameter batang dan kanopi daun dan berproduksi. Secara visual menunjukan bahwa pupuk kompos dari kotoran sapi memberi efek yang baik terhadap pertumbuhan tanaman tomat pupuk kompos  telah memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman tomat. Aplikasi kompos yang dilakukan sesuai petunjuk dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan oleh (Prihandini dan Teguh, 2007).

4.    Merencanakan Demonstrasi Usaha Tani melalui Demonstrasi Farm

Perencanaan kegiatan demonstrasi usaha tani melalui kegiatan demonstrasi farm dilakukan bersama pembimbing eksternal, serta rekan-rekan Petugas Penyuluh Pertanian yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian  Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Demonstrasi Farm yang direncanakan adalah menanam komoditi padi varietas Inpara 3 dengan pola tanam jajar legowo 2 : 1 pada musim tanam berikutnya (November – Desember 2012) di wilayah Desa Sui Nipah Kecamatan Siantan pada kelompok tani “Karya Tani” dilahan milik petani seluas 1,5 ha. Dalam merencanakan kegiatan demonstrasi farm, tidak lagi dilakukan penyusunan proposal, karena pelaksana dan penanggung jawab kegiatan akan dilakukan oleh Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak yang akan bekerjasama dengan kelompok tani terpilih yaitu kelompok tani “Karya Tani”. Selain itu, sosialisasi dan implimentasi budidaya padi varietas Inpara 3  memang merupakan program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pontianak, yang akan ditindak lanjuti oleh  BP4K Kabupaten Pontianak.  Perencanaan yang disusun memuat aspek: Siapa yang melaksanakan, dimana dilaksanakan, mengapa dilaksanakan, kapan dilaksanakan, sumber biaya yang digunakan. Perencanaan demfarm yang dilakukan sesuai dengan pengertian menurut Deptan (2003)  tentang Pedoman Umum Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian. Untuk lebih jelasnya perencanaan yang disusun dapat dilihat pada lampiran 12. 

5.         Memandu pelaksanaan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi area

Kegiatan memandu dapat dilaksanakan namun pelaksanaannya  pada lahan Dem Farm, karena didalam programa penyuluhan pertanian  tahun 2012 BPP Kec Siantan  tidak memiliki pelaksanaan kegiatan Dem Area. Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang telah dirumuskan. Demonstrasi Area seharusnya dilakukan pada lahan seluas 5 – 25 ha pada Gapoktan, namun kenyataannya kegiatan yang dilakukan pada materi PKL II ini hanya dapat dilakukan memandu Demonstrasi Farm  pada lahan seluas 1,5 ha, terhadap tanaman padi varietas inpara 3 dengan sistem pola tanam jajar legowo 4 : 1,  pada lahan kelompok tani “Sejahtera” di wilayah Kecamatan Siantan, yang demonstratornya oleh ketua kelompok tani Sejahtera. Pemanduan dilapangan dimulai sejak mulai tanam pada tanggal 7 Juni 2012 dan pada tanggal 12 Juli 2012 memandu demfarm dilaksanakan pada tahap penyiangan gulma dan penyemprotan hama , dokumentasi kegiatan pada lampiran 5.

6.         Melaksanakan Temu Lapang/Temu Tugas/Temu Teknis/Temu Karya

Kegiatan yang  dapat dilaksanakan yaitu temu tugas yang merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan BP4K Kabupaten Pontianak dalam rangka menginformasikan berbagai kebijakan penyuluh dan penerapan teknologi tepat guna serta menggali berbagai permasalahan yang ada dilapangan. Temu tugas dilaksanakan pada hari senin pada tanggal 2 Juli 2012 di BPP Kecamtan Siantan Kabupaten Pontianak oleh Fasilitator temu tugas tersebut adalah penyuluh kabupaten yang dihadiri oleh para penyuluh pertanian lapangan tingkat Kecamatan Siantan. Dalam temu tugas ini materi yang disampaikan adalah penerapan rekayasa teknologi yaitu sistem pola tanam Jajar legowo yang merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Adapun cara tanam legowo yang di anjurkan untuk wilayah khususnya Kecamatan Siantan adalah jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 dalam temu tugas ini fasilitator menjelaskan secara rinci keuntungan dan tujuan daripada sistem pola tanam jajar legowo.

7.         Merencanakan Forum Penyuluhan    Pedesaan/ Magang/ Widyawisata/ Karyawisata/Widyakarya


Perencanaan dapat dilakukan  adalah Widyawisata, Langkah awal yang ditempuh pada pelaksanaan kegiatan ini adalah konsultasi dan koordinasi dengan Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Siantan selaku pembimbing eksternal di lapangan dan rekan penyuluhan Kecamatan Siantan. Kemudian dibantu oleh penyuluh THL melakukan koordinasi dengan ketua dan anggota kelompok tani, dan diperoleh informasi dari petugas penyuluh dan kelompok tani bahwa pada bulan September 2012 kelompok tani usaha Mulya yang berada di Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan berencana akan melaksanakan widyawisata ketempat penangkaran benih induk tanaman padi yang berada di kecamatan Anjongan Kabupaten Pontianak. Selanjutnya dilakukan penyusunan proposal dan perencanaan secara bersama yang memuat: (1) Siapa yang menjadi peserta. (2) Materi yang akan dilihat dan dipelajari (3) Biaya yang akan dipergunakan (4) Waktu pelaksanaan (5) Siapa yang akan dikunjungi, dan (6) Mengapa kegiatan tersebut dilakukan. Untuk lebih jelasnya, proposal dan perencanaan yang disusun dapat dilihat pada Lampiran 7. 

8.         Melaksanakan Forum Penyuluhan Pedesaan/ Magang/ Widyawisata/ karyawisata/widyakarya


Sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi yang bersifat perencanaan yaitu merencanakan widyawisata, maka kegiatan yang akan dilakukan pada materi tahap melaksanakan widyawisata ini hanya sampai pada tahap perencanaan mengingat waktu pelaksanaan kegiatan PKL II hanya sampai pada bulan Agustus 2012, sehingga pelaksanaan widyawisata tidak diikuti, kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok tani Usaha Mulya yang dipandu oleh Petugas  penyuluh setempat pada bulan September, selain dari kegiatan tersebut, bentuk kegiatan lain yang  sejenisnya juga tidak  dilaksanakan.

9.        Menumbuhkan Gabungan Kelompok

Menumbuhkan gapoktan tidak dilakukan, dari kelompok tani yang berada di wilayah Kecamatan Siantan terdiri dari 84 kelompok tani  yang tersebar di 5 desa yang ada dan setiap desa terdapat sekitar 16 kelompok tani, dari jumlah kelompok tani yang ada di Kecamatan Siantan, telah tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang berjumlah 5 gapoktan  setiap desa terdiri dari 1 Gapoktan. Melalui koordinasi dengan koordinator penyuluh dan pembimbing eksternal di lapangan, materi usaha penumbuhan gabungan kelompok ini tidak dilakukan, sesuai kebjakan pemerintah yang menyatakan bahwa dalam 1 desa terdapat 1 gapoktan dan 1 penyuluh dan hal ini telah sesuai dengan yang ada dilokasi pelaksanaan PKL II,  sehingga penumbuhan gapoktan tidak dilaksanakan, namun usaha untuk meningkatkan eksistensi dan dinamika gapoktan tetap dilakukan, yaitu dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan menuju kearah perbaikan yang berorientasi kepada peningkatan keterampilan dan kesejahteraan anggota khususnya. Penumbuhan kesadaran melalui motivasi terus dilakukan, bahwa usaha yang dilakukan secara bersama akan menjadi semakin mudah serta senantiasa memotivasi mereka untuk berusaha tani secara konsisten, efisien dalam usaha dan modal,  kekompakan dalam segala aspek ;antara pengurus dan anggota serta sesama kelompok, kompeten dalam managemen, guna menuju kearah perbaikan kualitas maupun kuantitas produk usaha tani yang mereka usahakan. Langkah yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah ikut melibatkan diri kedalam setiap pertemuan kelompok maupun pertemuan gapoktan, daftar nama gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 8.

10.    Mengembangkan Kelompok Tani Dari Lanjut Ke Madya

Pengembangan kelompok tani dapat dilakukan  dan kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan materi ini adalah mengusahakan untuk meningkatkan kegairahan dan memotivasi para anggota kelompok tani dalam menumbuhkan adanya rasa kebanggaan bersama, dalam hal ini langkah yang ditempuh dalam menggerakkan kelompok kearah peningkatan kemampuan individu maupun kelompok dan peningkatan kelas kelompok adalah penyuluhan dengan metode anjangsana  yang dalam hal ini, mengidentifikasi penilaian yang telah ada, dan melakukan penilaian terhadap kelompok tani kelas lanjut. Asumsinya adalah, jika hasil penilaian yang dilakukan  mencapai jumlah nilai 501 – 750, maka kelompok tersebut sudak layak ditingkatkan kelas kelompoknya ke Kelas Madya. Penilaian yang dilakukan, berdasarkan indikator 5 jurus kemampuan, yaitu: (1). Kemampuan berorganisasi dan administrasi, (2). Kemampuan merencanakan, melaksanakan dan evaluasi kegiatan, (3). Kemampuan penerapan teknologi, (4). Kemampuan pemupukan modal, dan (5) Kemampuan membangun jejaring kerja dan kemitraan usaha. Pedoman penilaian ini mengacu pada format yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Magelang, dan telah disetujui oleh  Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak. Kelompok tani yang dilakukan penilaian adalah Kelompok Tani “Sejahtera”, kelompok tani ini dipilih untuk dinilai karena kelompok tani ini berpredikat dalam kelas kelompok Lanjut  sejak tahun 2008, sedangkan kelompok tani lain sebagian baru dikukuhkan ke kelas Lanjut pada Desember 2010, dalam penilaian kelas kelompok yaitu dengan mewawancarai ketua kelompok yang didampingi penyuluh wilayah setempat.
Dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh jumlah nilai 670, yang menurut standar penilaian, jumlah  nilai tersebut telah termasuk kedalam kelas Madya. Hasil penilaian selanjutnya disampaikan kepada Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak, setelah diketahui oleh pembimbing eksternal. Untuk selanjutnya akan ditindak lanjuti dan dilakukan proses melalui mekanisme yang berlaku. Diharapkan dari hasil penilaian yang ada, pengukuhan kelompok tani Sejahtera dari Kelas Lanjut ke Kelas Madya dapat terealisasi. Untuk lebih jelasnya, bentuk dan contoh hasil penilaian yang dilakukan dapat dilihat Lampiran 9.

11.    Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan


Dari hasil koordinasi dengan pembimbing eksternal, koordinator penyuluh dan juga PPL setempat menyatakan bahwa belum pernah diadakannya evaluasi pelaksanaan penyuluhan di Kecamatan Siantan sebelumnya oleh pihak atau instansi terkait oleh karena itu pada pelaksanaan materi ini, langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi Programa Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan tahun 2011, Kemudian melakukan analisa selanjutnya data evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian Kecamatan Siantan, yang diperoleh adalah  hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan dibidang pertanian adalah SL-PTT Kegiatan SL-PTT telah dilaksanakan di Kecamatan Siantan pada bulan April-Agustus 2011, tujuan dilaksanakan SL-PTT untuk meningkatkan produksi padi dari rata-rata 26,2 kwt/ha menjadi rata-rata 49,2 kwt/ha, permasalahan yang dihadapi petani padi yaitu  petani  belum mampu menerapkan sapta usaha secara lengkap. Melalui kegiatan SL-PTT materi yang disampaikan yaitu tentang teknologi budaya sapta usaha tanam padi sawah. Sumber biaya berasal dari dana APBD dan Swadana, penanggung jawabnya oleh Kepala BPP Kecamatan Siantan dan pelaksana kelompok tani, penyuluh pertanian lapangan.  Dalam kegiatan  SL-PTT materi-materi yang disampaikan antara lain; Rembug Tani yaitu membahas persiapan Sekolah Lapang PTT Padi, pengolahan lahan pasang surut dengan rotary, persemaian padi pada lahan pasang surut, perlakuan benih dengan Astonish dan Softguard,  penanaman padi sistem Legowo 4:1 dan 2:1 pada lahan pasang surut, pemupukan padi spesifik lokasi berdasarkan hasil analisa tanah dengan perangkat uji tanah sawah, pemupukan susulan  berdasarkan hasil pengukuran Bagan Warna Daun (BWD), pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), panen padi dengan alat sabit bergerigi dan pasca panen padi perontokan menggunakan power thresher.
Hasil yang didapat oleh petani dalam pelaksanaan SL-PTT  petani sudah mulai mengenal penggunaan varietas unggul baru untuk padi lahan pasang surut seperti Inpara-3 untuk menggantikan varietas lokal yang berumur panjang dan produktivitas rendah, petani sudah mulai menanam padi dua kali setahun dan terus bertambah luas tanam pada musim gadu,  petani mulai mengenal penggunaan pupuk secara tepat terutama dosis pemupukan sudah mengikuti hasil analisa tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), pengendalian hama dan penyakit sudah mulai dilakukan secara terpadu terutama dengan didasarkan pada nilai ambang ekonomi. Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas dan efisiensi, pencapaian hasil suatu kegiatan untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya dan digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mengatasi permasalahan, dan tindakan penyesuaian atau perbaikan atas pelaksanaan kegiatan.  Dokumentasi Kegiatan SL-PTT dapat dilihat pada lampiran 10.


V.  SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan

  1. Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan dan pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian  terlaksana melalui berbagai kegiatan. yaitu tersusunnya perencanaan kegiatan demfarm dan penyusunan instrumen potensi wilayah kecamatan, menyusun media penyuluhan, dan melakukan pengembangan penilaian  kelompok dari lanjut ke madya dan dari hasil penilaian diperoleh nilai 670.
2.      Meningkatkan dinamika pada gabungan kelompok tani, Melaksanakan tugas rutin Penyuluh Pertanian Tingkat Pelaksana Lanjutan dilaksanakan melalui penyebaran ilmu pengetahuan melalui kegiatan memandu pelaksanaan dem area dan temu tugas.

B.     Saran

1.      Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembangunan disektor pertanian, proses penyuluhan ditingkat kecamatan  dan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian hendaknya dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
2.      Kegiatan penyuluhan pertanian agar lebih diintensifkan lagi, guna menunjang keberhasilan program pembangunan dibidang pertanian. Penerapan metode yang tepat, efektif dan efisien sangat menentukan keberhasilan dalam proses penyuluhan, karena cara menerima suatu inovasi yang di sampaikan kepada sasaran sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Pertanian, 2002. Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

Departemen Pertanian, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SPPPK).

Depatemen Pertanian, 2007. Pusat penelitian dan pengembangan peternakan Balai Penelitian dan pengembangan pertanian.

Epetani, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Deptan. Go.id
Diakses 27 Juli 2012

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.

--------------, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta

Mardikanto, T. dan S. Sutarni, 2006. Pengantar Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.

Marsono. 2001. Pupuk Akar (Jenis dan Aplikasi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Marzuki. 1999. Pembinaan Kelompok Tani. Universitas Terbuka, Jakarta.
Padmowihardjo, S. 1999. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta

-------------------, S. 2000. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta.

Permentan, Nomor: 52/Permentan/OT. 140/12/2009 tentang metode penyuluhan pertanian.
Prihandini , W.P. dan P. Teguh. 2007.  Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Diakses 27 Maret 2012. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/ind/images/ stories/juknis /kompos.pdf.

Setiana, U. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia, Bogor.

Slamet, M. 1973. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB, Bogor.

Suryadi. 1978. Alat dan Metoda Penilaian Penyuluhan. IPLPP, Ciawi.

UCU. dan  Jaya Pramana, K. Budidaya  Padi.  BP3K KECAMATAN CIBITUNG.  Epetani deptan.go.id. Diakses 06 Agustus 2012.

Van Den Ban, A. W. dan Hawkins, H. S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius Yogyakarta.

Victor, 2008. Instrumen Penelitian. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080402080853AA49MRX. 06 Agustus 2012.

Widayat, W. Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk Cair. http://antiterasi.multiply.com/journal/item/26/Petunjuk_Teknis_Pembuatan_Pupuk_Kompos_Dan_Pupuk_Cair. Diakses 27 Maret 2012


Yovita. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

www.oke.or.id. Kumpulan Resep Mol Mikroorganisme Lo. Diakses tanggal 06 Agustus 2012.