I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa tugas belajar yang mengikuti pendidikan
di STPP Magelang diharapkan dapat memiliki kompetensi yang memadai. Dalam hal ini diperlukan
pola pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pola
pemahaman teoritis dan juga praktik. Untuk itu proses pembelajaran di STPP
Magelang dilakukan pola pembelajaran “In And Out Campuss Learning System”.
Melalui pola pembelajaran ini, peserta didik dapat menempuh proses pendidikan
didalam kampus (In Campuss) dan pada situasi nyata diluar kampus (Out
Campuss).
Dalam Praktik Kerja Lapang II untuk jenjang penyuluh pertanian pelaksana ini, mahasiswa diarahkan untuk melaksanakan
penyuluhan tingkat kecamatan dan melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan
pertanian, melaksanakan tugas rutin penyuluh pertanian tingkat pelaksana dan melaksanakan seminar laporan hasil
PKL sebagai penyuluh pertanian
tingkat pelaksana.
Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat merupakan wilayah terpilih untuk pelaksanaan
kegiatan Praktik Kerja
Lapang II, karena wilayah ini
dianggap cukup potensial untuk pengembangan Pertanian dan Peternakan yang
berbasis agribisnis. Pada wilayah Pelaksanaan
PKL II ini terdapat permasalahan yang ada
dalam masyarakat tani, diantaranya yaitu pemanfaatan limbah
ternak yang dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara
optimal, untuk menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran
lingkungan, Selain itu pengembangan
pola pertanian organik khususnya tanaman hortikultura juga
mulai dikembangkan oleh petani melalui bimbingan instansi terkait. Hal ini pula
yang melatar belakangi mahasiswa untuk menindak lanjutinya melalui
Praktik Kerja Lapang II Penyuluh Pertanian Pelaksana.
B. Tujuan
Ditinjau dari materi dan tugas yang
akan dilaksanakan dan permasalahan yang ada, maka tujuan diadakannya kegiatan Praktik
Kerja Lapang Penyuluh Pertanian Pelaksana ini adalah:
1. Untuk melaksanakan tugas rutin Penyuluh
Pertanian tingkat pelaksana dalam penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi
(Iptek) dan pemberdayaan kelompok tani.
2. Untuk bisa melaksanakan apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas dan materi yang diemban
dan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan nyata dilapangan.
3. untuk dapat melakukan evaluasi penyuluhan
pertanian.
C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian selama Praktik Kerja Lapang II
Penyuluh Pertanian tingkat Pelaksana adalah sebagai berikut :
1.
Dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian di kecamatan (lokasi) Praktik sampai pelaksanaan penyuluhan
dan melaksanakan tugas-tugas rutin sebagai penyuluh pertanian pelaksana, dapat menguji
dan meningkatkan kemampuannya dalam menyuluh dan berkomunikasi sebagai seorang
fasilitator dan dinamisator serta dapat berlatih bermasyarakat dengan kondisi
sosiokultur yang berbeda.
2.
Mengenalkan
kepada dunia luar akan keberadaan dan fungsi STPP Magelang sebagai penghasil
tenaga penyuluh pertanian yang profesional dan menciptakan hubungan yang
harmonis antara pihak STPP Magelang dengan instansi mahasiswa.
3.
Diharapkan
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mengarah
kepada perubahan perilaku masyarakat, khususnya masyarakat tani dalam upaya
memperbaiki kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Aspek Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah
pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong
dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Tujuan penyuluhan
pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis adalah meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha dengan cara
meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka, ( Deptan, 2002 ).
Yang dimaksud dengan
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi
pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang
No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan).
Sedangkan menurut
Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi
yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi
tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan
keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan
pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk
meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup
bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk
mencapai pertanian yang tangguh.
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian
Setiana (2005), menyatakan
bahwa fungsi penyuluhan pertanian adalah menjembatani kesenjangan antara Praktik
yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang
selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para penyuluhnya
merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang dibutuhkan
petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli dan kondisi nyata
yang dialami petani.
Van Den Ban dan Hawkins
(1999), mengatakan tujuan penyuluhan pertanian mengajarkan kepada petani untuk dapat
menghasilkan (tanaman atau ternak) melalui cara yang paling menguntungkan.
Disamping itu penyuluhan pertanian bertujuan agar petani dapat mengatur dirinya
sendiri dalam koperasi dan organisasi lainnya. Sedangkan menurut Mardikanto dan Sutarni (2006), tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku sasaran. Perubahan
perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas
dan mendalam, perubahan kecakapan atau keterampilan tehnis dan perubahan sikap
yang lebih progresif.
3.
Metode Penyuluhan Pertanian
Menurut Padmowihardjo
(1998), metode penyuluhan pertanian adalah suatu cara penyampaian materi
penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada
petani beserta anggota keluarganya agar bisa dan membiasakan diri menggunakan
teknologi baru.
Menurut Permentan 2009, metode penyuluhan merupakan
cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada
pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meingkatkan produktifitas,
efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta adalah cara atau
teknik meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Berikut
ini adalah beberapa contoh metode yang dikenal dalam penyuluhan
pertanian antara lain: a) Demontrasi Farm yang merupakan suatu peragaan penerapan
teknologi oleh kelompok tani dalam hamparan usahatani anggotanya, b) demontrasi area merupakan suatu peragaan penerapan
teknologi secara bersama oleh gabungan kelompok tani dalam hamparan usahatani
anggotanya, c) Temu lapang adalah pertemuan antara petani dengan peneliti untuk saling tukar
menukar informasi tetang teknologi yang
dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari petani, d) Kursus tani adalah kegiatan belajar-mengajar yang
diperuntukkan bagi para pelaku utama
beserta keluarganya yang diselenggarakan secara sistematis, teratur dan dalam jangka waktu tertentu, e) Forum Penyuluhan
Pedesaan merupakan suatu proses pertemuan antara
penyuluh dengan masyarakat desa, dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan
guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka tentang suatu penerapan.
4.
Media
Penyuluhan Pertanian
Mardikanto (1993), menyatakan bahwa media atau alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang
diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama
kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan.
Fungsi dan peranan media
dalam penyuluhan pertanian adalah untuk membangkitkan perhatian dan untuk menggugah hati, agar para petani dan
anggota keluarganya sebagai sasaran penyuluhan pertanian akan menjadi sadar
terhadap inovasi dan selanjutnya timbul minatnya untuk menghadapi inovasi
tersebut (Padmowihardjo, 1999).
Berikut ini adalah media penyuluhan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan PKL II: a) Seri Foto; Seri Photo adalah materi penyuluhan pertanian berupa rangkaian photo-photo
yang disusun secara berurutan sehingga menjadi suatu cerita/proses kegiatan di
bidang pertanian (Permentan 2009), b)
Poster;
Poster merupakan
barang cetakan yang berisikan gambar dengan ukuran yang relative besar untuk
ditempel ditembok, dipohon atau direntangkan dipinggir jalan. Poster lebih
banyak berisikan gambar yang dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan atau sikap
sasaran (Mardikanto 2009).
5.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Suryadi (1978), Evaluasi merupakan suatu proses untuk
melakukan pengamatan atau pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar
atau kriteria pengamatan tertentu. Evaluasi bertujuan untuk menarik beberapa kesimpulan dan
menetapkan keputusan tertentu.
Margono Slamet (1973), mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu
kegiatan yang banyak memerlukan waktu, tenaga dan biaya dan sering terasa sangat sulit dan melelahkan. Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian sangat
diperlukan karena adanya evaluasi yang baik akan sangat bermanfaat, tidak saja
bagi kegiatannya sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi pelaksana kegiatan
penyuluhan atau penyuluhannya dan bagi aparat atau petugas pelaksana evaluasi
penyuluhan pertanian.
Mardikanto dan Sutarni (1988), Untuk efisiensi dan efektivitas tercapainya tujuan penyuluhan, sebaiknya evaluasi dilakukan 3 kali
yaitu: a) Pada saat menjelang ditetapkannya perencanaan
penyuluhan, b) Pada tahap awal atau pertengahan
menjelang berakhirnya kegiatan penyuluhan, c) Pada akhir atau setelah kegiatan
penyuluhan selesai dilaksanakan.
6.
Kelompok Tani
Kelompok
tani adalah kumpulan orang-orang tani
atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna
(pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas
dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan
pimpinan merupakan suatu unsur yang
didalamnya terdapat beberapa individu petani yang mempunyai kemampuan untuk
berbuat dalam kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan profesi (Mardikanto, 1993).
Marzuki (1999),
menyatakan bahwa pembinaan kelompok tani adalah upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan peranannya sehingga terjadi peningkatan kemampuan
kelompok tani, dan selanjutnya menyatakan pula bahwa Gabungan Kelompok
Tani (GAPOKTAN) adalah gabungan dari beberapa kelompoktani yang melakukan usaha
agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompoktani-nelayan (WKAK) yaitu
kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai kepentingan yang
sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang
kepentingan bersama.
B. Aspek Teknis
1.
Pupuk Organik (Kompos)
Kompos merupakan pupuk
organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan
tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos
yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna
yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air
rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa
masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah
pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. Proses pengomposan adalah proses menurunkan
C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Selama proses
pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu: 1)
karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O, 2)
penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman.
Kompos merupakan salahsatu
komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik
tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan
yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama.
2.
Manfaat Kompos Organik
Manfaat kompos organik
diantaranya adalah a) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi
ringan, b) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, c)
menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah, d) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
e) mengandung unsur hara yang lengkap,
walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk
organik), f) membantu proses pelapukan bahan mineral, g) memberi ketersediaan
bahan makanan bagi mikrobia, serta, h) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang
merugikan (Yovita, 2001).
Beberapa alasan mengapa
bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman antara lain adalah: a) bila tanah mengandung
cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, b) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali
memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, c) struktur bahan organik segar
sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung
dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, d) kotoran sapi tidak
selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara
penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Prihandini, 2007).
3.
Pembuatan Kompos Organik
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
yaitu; a) kotoran sapi yang bercampur
dengan urine, b) Sekam atau limbah gergajian kayu, c) Kapur bubuk, d). Skop, e)
Karung plastik, f) Timbangan.
Cara Pembuatan diawali
dengan mengumpulkan kotoran sapi dengan
cara pemanenan dari kandang, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi
kompos. Kotoran yang dipanen dari
kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama kurang lebih 2 bulan di musim
hujan atau 1 bulan dimusim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan
ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung (Prihandini, 2007).
4.
Cara Pemakaian Kompos Organik
Kompos dapat digunakan
untuk tanaman padi, palawija dan hortikultura. Cara pemberiannya ditebarkan
merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai jenis tanaman, untuk pemupukan
individu seperti tanaman dalam pot (jeruk, mangga, bunga, dsb), kompos disebarkan
dibawah kanopi terluar dari daun, untuk hamparan tanaman padi dan tanaman palawija
diberikan 10 ton/ha setiap 6 bulan, untuk tanaman bawang merah 20.000 kg/ha,
untuk tanaman semangka 2 kg/bedengan. Marsono (2001), menyatakan bahwa
pemakaian pupuk kompos organik berdasarkan umur tanaman adalah 500 g/tanaman pada umur 1 - 3
bulan, 1000 g/tanaman pada umur tanaman 4-9 bulan. Berdasarkan hasil pengkajian
BPTP Jawa Barat menunjukkan bahwa tanaman tomat varietas sakura yang dipupuk kompos
kotoran sapi mampu berproduksi 3,15 kg/tanaman, sedangkan untuk tanaman bawang
daun dan seledri dengan pemakaian kompos organik kotoran sapi dapat meningkat produksinya
masing-masing 57,1% dan 47,6%.
Kompos mempunyai
prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk
mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos
organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya
sebagai penyubur tanah dan tanaman pertaniannya.
III.
RENCANA
KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
Praktik Kerja Lapang II dimulai pada tanggal 1 Juni 2012 sampai dengan 31 Agustus 2012 dengan lokasi kegiatan di Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan
Barat. Lokasi dan tempat terpilih, dinilai
cukup potensial untuk pengembangan komoditas pertanian dan peternakan yang berbasis Agribisnis.
B. Materi Kegiatan
Materi yang akan dilaksanakan pada Praktik Kerja Lapang II ini
terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, melaksanakan tugas rutin penyuluhan pertanian tingkat
pelaksana, dan seminar
laporan hasil PKL. Dari 3 aspek kegiatan Praktik kerja Lapang tersebut dapat dijabarkan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengembangan yaitu
sebagai berikut:
1.
Perencanaan
a.
Merencanakan
Demonstrasi Usaha Tani melalui Demonstrasi Farm.
Kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu: 1) melakukan koordinasi dengan Penyuluh
Pertanian Lapangan tentang pelaksanaan demonstrasi
farm, 2) melakukan koordinasi dengan petani peserta demonstrasi farm, 3) bersama Penyuluh
Pertanian Lapangan dan petani peserta demonstrasi farm membuat rencana
demonstrasi farm, rencana yang akan dibuat memuat hal-hal antara lain:
menentukan komoditas apa yang akan diusahakan, siapa yang akan mengerjakan,
alasan dikerjakan, waktu pelaksanannya, menentukan lokasinya dan bagaimana
pelaksanaannya.
b.
Merencanakan
Forum Penyuluhan Pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata/widyakarya.
Kegiatan yang akan dilakukan yaitu merencanakan forum penyuluhan pedesaan adapun materi yang akan disampaikan nantinya adalah tentang pengembangan pola pertanian organik, baik yang dikembangan pada lahan tertentu dan spesifik, maupun dengan memanfaatkan pekarangan, yang akan termuat dalam perencanaan tersebut meliputi; 1) pihak yang dilibatkan sebagai pelaksana dan penanggung jawab adalah kepala desa beserta perangkatnya dan penyuluh pertanian yang bertugas diwilayah setempat, 2) materi yang akan disampaikan adalah tentang pengembangan pola pertanian organik, 3) lokasi pelaksanaan di kantor desa, 4) waktu pelaksanaan pada bulan Juli 2012, 5) tujuan pelaksanaan adalah anjuran pengembangan pola pertanian organik, dan 6) sumber biaya yang digunakan berasal dari Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pontianak.
2.
Pelaksanaan
a.
Menyusun
instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat kecamatan.
Instrument
yang akan digunakan dalam menyusun identifikasi potensi wilayah tingkat
kecamatan adalah berupa format isian yang meliputi; data monografi kecamatan,
potensi agroekosistem dan identifikasi masalah, dengan upaya pemecahannya. Instrumen yang tersedia tersebut telah
digunakan pada saat pelaksanaan praktik
kerja lapang sebelumnya, namun belum lengkap,
sehingga untuk form pada lampiran 6, saya lengkapi dengan instrumen
tambahan yaitu format data tentang harga komoditas pertanian, untuk memudahkan
dalam pengisian data harga komoditas pertanian tersebut saya lengkapi dengan beberapa pertanyaan. Bentuk pertanyaan dapat dilihat pada
instrument tambahan dalam bentuk kuisioner (Lampiran 7).
b.
Menyusun
materi penyuluhan dalam bentuk seri foto.
Materi yang akan dibuat
dalam bentuk seri foto yaitu tentang pembuatan Kompos.
Bahan yang akan digunakan yaitu; kertas koran, kertas HVS, kertas foto sedangkan alat yang digunakan yaitu kemera dan komputer. Tahap kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu; 1)
melakukan pengambilan gambar berdasarkan urutan kegiatan pembuatan Kompos, 2) mencetak gambar, 3) menempelkan
gambar yang sudah dicetak pada kertas lain yang sudah disiapkan sesuai
dengan urutan masing-masing. Sistematika rancangan materi
dalam bentuk seri foto yang akan disusun terlampir, (Lampiran
1).
c.
Menyusun
materi penyuluhan dalam bentuk poster.
Materi penyuluhan yang akan disusun dan disampaikan
adalah tentang Penggunaan Pupuk Kimia Berlebihan Akan Merusak
Tanah. Bahan yang akan digunakan yaitu kertas
manila dan kertas HVS, sedangkan alat yang akan digunakan yaitu spidol, alat
untuk menggambar dan komputer. Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan: 1) menetapkan judul poster, 2) membuat konsep poster pada kertas HVS, 3) membuat
rancangan konsep pada komputer, d) menggambar poster yang sesungguhnya.
Rancangan materi dalam bentuk poster yang dibuat terlampir, (Lampiran 2).
d.
Melaksanakan ujicoba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode penyuluhan pertanian.
Pada materi tersebut, kegiatan yang akan dilakukan adalah
Uji coba tentang aplikasi pupuk kompos pada tanaman tomat, dalam uji coba tersebut
dilakukan dengan 4 jenis perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu; 1) perlakuan pertama dengan menggunakan pupuk anorganik (Urea, SP36
dan KCl) tanpa pupuk organik baik
bokashi atau kompos, 2) perlakuan kedua dengan
menggunakan pupuk kompos tanpa bokashi dan pupuk anorganik, 3) perlakuan ketiga dengan menggunakan bokashi
tanpa kompos dan pupuk anorganik, 4) perlakuan yang keempat
tidak menggunakan pupuk baik anorganik maupun organik. Masing-masing
perlakuan menggunakan 3 polybag. Campuran pupuk organik terhadap perlakuan tersebut dengan
dosis 2:1 sedangkan dosis pupuk anorganik dengan dosis 30 g/tanaman. Pengamatan
yang akan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman tomat yang meliputi; tinggi tanaman, diameter batang
dan jumlah daun, komponen hasil meliputi
bobot buah rata-rata dan jumlah buah serta berat buah per plot.
e.
Memandu pelaksanaan demonstrasi
usahatani melalui demonstrasi area.
Kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu : 1) melakukan koordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapangan, 2) mencari informasi pelaksanaan kegiatan demonstrasi usahatani melalui
demonstrasi area yang sedang berjalan, 3) ikut memandu pelaksanaan kegiatan tersebut.
f.
Melaksanakan temu lapang/temu
tugas/temu teknis/temu karya
Kegiatan yang akan
dilaksanakan pada materi praktik Kerja lapang ini yaitu melakukan temu lapang,
dalam pelaksanaan ini yang akan dilakukan yaitu; 1) berkoordinasi dengan pihak peneliti untuk membahas mengenai teknologi
baru apa yang akan ditawarkan pada sasaran, 2) menentukan lokasi, 3) menyiapkan
undangan, 4) menetapkan moderator, pembicara dan
narasumber.
g.
Melaksanakan
Forum Penyuluhan Pedesaan/magang/widyawisata/ karyawisata /widyakarya.
Sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan
dalam materi yang bersifat perencanaan, maka kegiatan yang akan dilakukan pada
materi kompetensi ini adalah melaksanakan Forum Penyuluhan Pedesaan, materi
yang akan disampaikan sesuai dengan yang telah direncanakan.
h.
Evaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian tingkat kecamatan.
Kegiatan yang akan dilakukan meminjam Programa
Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan tahun sebelumnya untuk dianalisa apakah programa
tersebut sudah dievaluasi atau belum , jika belum di
evaluasi salah satu kegiatan didalam programa tersebut diambil untuk dievaluasi dan jika sudah
dievaluasi cukup dengan mengambil hasil evaluasinya. Evaluasi hasil juga dilakukan
guna mengukur sampai sejauh mana tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai,
baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
3.
Pengembangan:
a.
Menumbuhkan
gabungan kelompok tani.
Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu melalui metode pendekatan kelompok. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini langkah-langkah yang akan dilaksanakan yaitu; 1) identifikasi
kelompok-kelompok yang sesuai dengan wilayah kerja pembinaan dan bekerjasama
dengan balai penyuluhan pertanian setempat, 2) konsultasi dengan kepala
desa/lurah, tokoh masyarakat dan petugas dari berbagai instansi terkait dalam
rangka menyusun rencana pertemuan dalam rangka penumbuhan gabungan
kelompoktani, 3) identifikasi dan Inventarisasi calon peserta anggota gabungan
kelompoktani dilakukan bersama-sama dengan tokoh masyarakat, aparat desa dan
petugas penyuluh pertanian lapangan, melalui wawancara dengan calon anggota
gabungan kelompoktani khususnya dalam rangka inventarisasi pemilikan lahan
usahatani yang dapat dikembangkan dalam kelompoktani, 4) pembentukan gabungan
kelompoktani sebagai wadah atau tempat petani untuk menyampaikan aspirasi yang
seluas-luasnya mengenai usaha tani.
b.
Mengembangkan
kelompok lanjut ke madya.
Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi kelas kemampuan
kelompok tani dari lanjut ke madya
dengan jumlah nilai 501 – 750, jika belum
dinilai maka pedoman
penilaian mengacu pada format indikator
5 jurus kemampuan yang digunakan oleh
pemerintah Kabupaten Magelang yaitu; 1) kemampuan kelompok dalam administrasi
dan organisasi, 2) kemampuan
kelompok dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan, 3) kemampuan kelompok dalam menerapkan teknologi, 4) kemampuan kelompok dalam
pemupukan modal, 5) kemampuan
kelompok dalam membangun jejaring kerja dan kemitraan, dan apabila
disetujui oleh instansi mahasiswa, maka format tersebut akan digunakan. Jika jumlah nilai yang diperoleh belum mencapai
standard tersebut, maka strategi yang dilakukan adalah: a) menciptakan iklim
yang kondusif agar para petani mampu untuk membentuk dan menumbuh kembangkan
kelompoknya secara partisipatif, b) menumbuh kembangkan kreativitas anggota
kelompok tani untuk memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi dan akses
permodalan yang tersedia, c) membantu dalam memperlancar proses dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana serta memecahkan
masalah yang dihadapi dalam usaha taninya, d) meningkatkan kemampuan dalam
menganalisa potensi pasar dan peluang usaha serta menganalisa potensi wilayah
dan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang
dikembangkan/diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang lebih besar, e) meningkatkan
kemampuan untuk dapat mengelola usaha tani secara komersial, berkelanjutan dan
akrab lingkungan, f) meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha
masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin pada
permintaan pasar, g) mengembangkan
kemampuan untuk menciptakan teknologi lokal spesifik, dan h) mendorong dan
mengadvokasi agar para petani mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi pengembangan
modal usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Pertanian, 2002. Penyuluhan Pertanian,
Jakarta.
Departemen Pertanian, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SPPPK).
Depatemen Pertanian,
2007. Pusat penelitian dan pengembangan
peternakan Balai Penelitian dan pengembangan pertanian.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Universitas Sebelas Maret Press.
Surakarta.
Mardikanto, T. dan S. Sutarni, 2006. Pengantar Penyuluhan Pertanian.
Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press,
Surakarta
Marsono. 2001. Pupuk Akar (Jenis dan Aplikasi). Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marzuki. 1999. Pembinaan
Kelompok Tani. Universitas Terbuka, Jakarta.
Padmowiharjo, S. 2000. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta.
Prihandini , W.P. dan P. Teguh. 2007. Petunjuk
Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Diakses 27 Maret 2012. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/ind/images/ stories/juknis /kompos.pdf.
Permentan, Nomor:
52/Permentan/OT. 140/12/2009 tentang
metode penyuluhan pertanian.
Setiana, U. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia,
Bogor.
Suryadi. 1978. Alat
dan Metoda Penilaian Penyuluhan. IPLPP, Ciawi.
Slamet, M. 1973. Kumpulan
Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB, Bogor.
Padmowihardjo, S. 1999. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas
Terbuka, Jakarta.
Van Den Ban, A. W.
dan Hawkins, H. S. 1999. Penyuluhan
Pertanian. Kanisius Yogyakarta.
Widayat, W. Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk Cair. http://antiterasi.multiply.com/journal/item/26/Petunjuk_Teknis_Pembuatan_Pupuk_Kompos_Dan_Pupuk_Cair. Diakses 27 Maret 2012
Yovita. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar